Berkaca Dari Pengorbanan Bunda Hajar
Written By Al-ghuraba on Selasa, 08 November 2011 | Selasa, November 08, 2011
*** Edisi selasa, 12 Dzulhijjah 1432 H.
”Untuk tujuan apa engkau meninggalkan kami ?” …… “ apakah engkau meninggalkan kami untuk mencari makanan ?”…. “apakah engkau meninggalkan kami untuk mencari minum ?”….
Nabi Ibrâhîm alaihissalam diam membisu ,… ia diam tak menjawab sepatah katapun.
Sebagai seorang suami yang bertanggung jawab kepada keluarganya, teramat tega untuk meninggalkan istrinya yang tercinta ditempat seperti itu, apalagi dengan bayi mungil yang masih dalam buaian istrinya. Akan tetapi ia harus melakukan itu, ia harus menempuhnya walau berat terasa, walau kerongkongan terasa kering untuk bisa menjawab pertanyaan istrinya.
Ia baru saja bahagia dikaruniai seorang anak yang sehat yang ia nantikan sejak lama. Tapi kini ia harus rela meninggalkan bayinya bersama istrinya, ditempat yang jauh darinya, ditengah padang pasir yang gersang …tiada pepohonan… tiada sumber air .. tiada pula komunitas manusia disitu.
Bayinya yang mungil nan gagah bisa saja menjadikan alasan untuk mengurungkan niatnya dan menyurutkan langkahnya.
Bukan kekasih ALLAH jika Nabiyullah Ibrahim tidak mendahulukan perintah-Nya dari apapun yang dimilikinya, tak terkecuali orang-orang yang dicintainya sekalipun
Sang ibu mendekap erat bayi ismail sambil menanti jawaban dari suami yang tercinta. Ketaatan kepada suami bukan berarti ia harus diam dengan apa yang ditempuh suaminya. Ia ingin tahu ada apakah dibalik semua ini. Perasaan seorang wanita dan sifat lembutnya menjadikan ia harus bertanya.
Wajar ia bertanya seperti itu, sebab makanan yang dibawa amatlah terbatas, air minumpun sangatlah sedikit. Ia bertanya karena ia tidak pernah diberi tahu akan babak selanjutnya setelah perjalanan jauh yang telah ditempuhnya, perjalanan yang bagi lelaki saja jarak itu akan cukup melelahkan,setidaknya 1500 km sudah ditempuhnya dari palestina nun jauh disana, tempat bunda Sarah berada.
Pertanyaan itu dia lontarkan dengan menarik baju Ibrahim khalilullah ketika beranjak pergi meninggalkannya.
Lama ia menunggu jawaban,… Suasana hening tanpa suara kecuali tiupan angin padang pasir. Udara semakin terik terasa. Keringatpun bercucuran. Semua benda alam disitu menjadi saksi atas kesabaran seorang istri dalam apa yang ditempuh suaminya kala itu.
Ibrahim masih diam tak menjawab, ia hanya menatap, tatapan yang penuh dengan cinta kasih, tetapi tekadnya sudah bulat dengan apa yang harus ia tempuh. Ia sadar bahwa secara manusiawi hal itu teramat berat. Ia tahu bahwa ini adalah perkara yang tidak sederhana.
Lalu jawaban apakah yang akan bisa membuat istrinya tentram dan menerima keputusannya ?... Ia berfikir sambil berharap. Berfikir untuk memberikan jawaban yang terbaik,…dan berharap istrinya memahami sendiri apa yang sebenarnya sedang terjadi. Ia yakin gemblengan tarbiyah keimanan yang ia berikan kepada istrinya selama ini tidak akan sia-sia. Ia berharap istrinya sudah mengetahui jawaban dari pertanyaannya tanpa ia sendiri yang harus menjawabnya, dan itu lebih baik.
Bunda Hajar mencoba untuk menerka apa yang sebenarnya akan dilakukan suaminya. Diamnya tanpa jawaban menuntut dia untuk menanyakannya. Ia tahu bahwa suaminya sangat mencintainya, tetapi ia sadar pula bahwa kecintaan suaminya kepada Robbnya jauh lebih besar !.
Bunda Hajar merasa ada sesuatu dari sikap suaminya ini. …Sebelum ini Ibrâhîm telah menanamkan perkara-perkara prinsip dalam dirinya. Prinsip-prinsip Tauhid dan keimanan yang kokoh dalam jiwanya. Maka dengan cahaya iman yang memancar dari hatinya ia segera menangkap isyarat bahwa ada perkara agung yang tersembunyi yang harus dia tanyakan kepada suami tercintanya.
Ia mencoba menterjemahkan semua itu lalu dengan suara lembut dan harap-harap cemas ia berucap, “Apakah ALLAH yang memerintahkan semua ini ?”
Sungguh pertanyaan semisal ini merupakan pertanyaan yang hanya bisa diucapkan oleh orang yang benar-benar mengetahui apa yang selalu menjadi tujuan terbesar dalam hidupnya.
“Iya”. Jawab Ibrahim singkat dan mantap. Ia tidak khawatir jawaban ini akan menjadikan istrinya jadi tumbang, sebab pertanyaan terakhir yang dilontarkannya menunjukkan kesiapannya.
Lalu apa yang diucapkan Hajar setelah itu ? . Nabiyullah Ibrahim mendengarkan komentar istrinya yang disampaikannya dengan penuh ketegaran :
“Kalau begitu, sekali-kali DIA tidak akan menyia-nyiakan kami !”
Subhaanallah… Kata-kata yang agung yang mencerminkan kedalaman Tauhid yang dimilikinya. Puncak ketegaran dan kesabaran seorang istri yang tidak akan dimiliki kecuali dari mereka yang memiliki keimanan yang dalam kepada ALLAH.
Lega sudah Nabi Ibrahim kini. Ia benar-benar tentram dengan kesiapan istrinya. Jawaban yang menyejukkan hatinya,
Hanya keimanan kepada ALLAH saja yang bisa menjadikan manusia bisa seperti yang telah ditempuh Ibrahim dan Hajar ,istrinya. Bagi mereka, semua perintah ALLAH adalah diatas segalanya. Dan mereka amat yakin,bahwa satu paket dengan perintah-Nya, ALLAH juga menjamin pertolongan-Nya bagi siapa saja yang menempuh jalan-Nya dan menjalankan perintah-Nya. Dan amatlah mudah bagi ALLAH menundukkan makhluk-makhluk-Nya untuk melayani hamba-hamba pilihan-Nya.
Sesaat setelah Nabiyullah Ibrahim yakin akan kesiapan dan ketegaran istrinya, iapun beranjak. Kini langkahnya semakin mantap, . melangkah untuk meninggalkan istri dan anaknya tercinta.
Ia terus melangkah tanpa menoleh kebelakang sedikitpun, sebab ia khawatir syaithan akan menggagalkan misinya dengan dalih rasa belas kasih hingga melanggar perintah Robbul-‘Aalamin.
Sesampai diujung bukit, barulah ia menoleh kearah lembah tempat keluarganya ditinggalkan, lalu ia berdo’a kepada ALLAH untuk orang-orang yang dicintainya, ia titipkan keluarganya kepada Dzat Yang Maha Menjaga segala titipan , Dzat Pemilik Kerajaan langit dan bumi, kedua tangannya ia angkat, lalu berdo’a :
“Yaa ROBB kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, yaa ROBB kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur".(QS.Ibrahim :37).
Sungguh suatu “adegan” yang sangat monumental dalam sejarah pengorbanan orang-orang bertaqwa. Kisah nyata yang menggambarkan totalitas pengorbanan yang tiada tara dari orang-orang yang tunduk dan patuh kepada perintah ALLÂH apapun bentuknya. Babak-babak dedikasi yang tinggi dan kesabaran dalam memenuhi ujian keimanan dari Robbnya.
Pelajaran untuk kita
Kejadian yang dialami oleh bunda Hajar semestinya menjadi teladan bagi kita semua. Sejatinya setiap mukmin harus bersegera memenuhi perintah ALLÂH dan bersabar dalam menjalaninya, baik hal itu sesuai dengan keinginannya ataupun tidak , baik hal itu perkara yang dia sukai ataupun yang dia benci.
Begitu pula dia harus yakin bahwa Perintah ALLÂH untuk dilaksanakan hamba-Nya adalah satu paket dengan pertolongan-Nya
. Sama halnya dengan bayi yang dilahirkan adalah satu paket dengan rizkinya, sebagaimana pula penciptaan manusia, maka ia satu paket dengan aturan (baca: Undang-Undang) yang mengaturnya.
Ketaatan kepada titah ALLÂH adalah diatas segalanya. Kecintaan kepada ALLÂH harus diatas segala kecintaan,.. apapun bentuknya. Sebab inti dari ibadah adalah Ketundukan dan kepatuhan kepada ALLÂH, dan inilah makna islam, yaitu tunduk dan patuh.
Namun sangat disayangkan ketika seorang mukmin lebih mengutamakan hawanafsunya daripada perintah ALLÂH. Seruan, panggilan, dan perintah-Nya acapkali diabaikan begitu saja…. Larangan, peringatan dan ancaman ALLÂH-pun seringkali dilabrak tanpa ambil peduli. Padahal keimanan adalah ucapan dan perbuatan. Ia bukan hanya sebatas kata-kata yang manis dibibir namun enggan untuk dilaksanakan…. ia bukan pula pengakuan tanpa melewati ujian apa yang sudah diakuinya. Sebab tidaklah seseorang mengatakan beriman kecuali ALLÂH akan mengujinya.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (QS.al-ankabut :2).
Ujian inilah yang akan menjadi tolok ukur akan seberapa besar keimanannya. Dalam taraf yang paling ekstrim ujian keimanan juga sebagai alat bukti untuk membuktikan apakah keimanannya itu benar ataukah dusta. Disisi lain ia juga berarti bahwa dalam melaksanakan ketaatan terhadap perintah ALLÂH diperlukan kesabaran dan seberapa besar pengorbanannya dalam kesabaran melaksanakan perintah-Nya itu. Sebab tiada hasil yang bisa diraih kecuali dengan adanya pengorbanan.
Dan siapa yang sanggup memberikan pengorbanan yang besar untuk ALLÂH dan untuk meninggikan kalimat-Nya, maka kedudukannya akan semakin tinggi disisi-Nya. Mati sebagai syahid di medan jihad untuk meninggikan kalimat ALLÂH merupakan pengorbanan yang paling tinggi sebab ia sudah kehilangan nyawa yang dengannya ia tidak bisa beramal lagi setelah itu.
Dan sungguh ujian & pengorbanan yang dilalui Rasulullah dalam memperjuangkan AL-Haq amatlah dahsyat, sampai-sampai beliau orang yang paling sabar saja mengungkapkan kata-kata “bilakah datangnya pertolongan ALLAH ?”, hal itu karena harga surga tidaklah murah.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh kesulitan (dalam peperangan) dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS.2:214).
Dan pengorbanan untuk meninggikan kalimat ALLÂH masih tetap ada dan diperlukan oleh ummat ini sampai datangnya hari qiyamat.
Wallahu a’lam.
***********************
** Rujukan: Tafsir Ath-Thobari QS.14:73 ; Kisah Shahih para Nabi (syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, pustaka imam asy-syafii); Fathul-Majid syarh kitabut-tauhid.
**Diposting ulang dari bulletin al-Hanif-Jakarta.
Label:
Aqiedah
KABAR BAIK BERITA BAIK
BalasHapusHalo semuanya, saya SUWANDI dari Indonesia. Saya menyarankan Anda semua di sini untuk tidak mengajukan pinjaman di mana-mana untuk perusahaan atau pemberi pinjaman di halaman web ini, sebagian besar perusahaan di sini adalah palsu, curang dan penipuan, dan juga beberapa kesaksian di sini salah mereka adalah orang yang sama. Karena itu, berhati-hatilah untuk tidak menjadi mitra mangsa Indonesia. Saya ditipu empat kali sekitar Rp 200.000.000 untuk biaya pendaftaran, biaya transfer, bea masuk dan biaya asuransi, setelah pembayaran ini saya tidak mendapatkan pinjaman, tetapi mereka meminta saya untuk membayar lagi dan lagi. Ini akan menarik Anda untuk Mengetahui ada undang-undang tentang pembiayaan hukum atau aturan boardings ini dalam memperoleh pinjaman dari setiap hukum pemberi pinjaman atau perusahaan. Saya bersyukur bahwa saya menerima pinjaman cepat sebesar $ 250.000 dari sebuah perusahaan yang teman saya Achmad Halima telah perkenalkan. Perusahaan pinjaman yang benar dan dapat dipercaya (ALEXANDER ROBERT). Mereka sekarang adalah perusahaan terbesar di AS, Eropa, dan di seluruh Asia. Misi dan komitmen Anda kepada Alexander's Loan Company didedikasikan untuk memudahkan impian Anda dan membantu kita semua yang telah ditipu dan ditipu dalam proses mendapatkan pinjaman segera, memberi Anda keramahan kelas dunia. Perusahaan Pinjaman Alexander atau pemberi pinjaman tahu apa yang harus ada di sepatu Anda dan mereka berusaha keras untuk tidak melupakan perasaan itu. Mereka akan mendapatkan kepercayaan Anda dengan menyampaikan kepada Anda informasi yang perlu Anda ketahui, jika Anda perlu tahu dan hak untuk menawarkan pinjaman (pedagang atau pinjaman pribadi) dan layanan keuangan.
Saya sangat berbakti untuk membantu negara saya mendapatkan pinjaman terhadap penipuan dan segera, email saya adalah (suwandirobby01@gmail.com) atau (achmadhalima@gmail.com)
Hubungi saya atau (alexanderrobertloan@gmail.com) untuk informasi lebih lanjut, saya bersedia membantu. Tuhan memberkati kalian semua.