Headlines News :
'
Home » » Menjadi orang mulia dengan sifat pemaaf

Menjadi orang mulia dengan sifat pemaaf

Written By Al-ghuraba on Selasa, 14 Juni 2011 | Selasa, Juni 14, 2011


*** Edisi Selasa, 12 Rajab 1432 H

Ali Zainal Abidin adalah cicit Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Ia seorang lelaki ahli ibadah dengan akhlaqnya yang mulia. Ayahnya adalah Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib radyiallahu anh. Ibunya bernama Syah zinan, seorang putri raja Persia Yazjadir yang ditawan milik al-Husain yang kemudian memeluk islam dan dinikahi oleh al-Husain bin Ali bin Abi Thalib.

Suatu kali seorang pemuda di Madinah menceritakan, “Ketika Zainal Abidin keluar dari Mesjid, aku mengikutinya. Aku lalu mengatakan sesuatu yang bernada mencaci dan mengumpat. Aku tidak tahu mengapa aku sampai mencacinya. Ketika itu , orang-orang mengerumuni dan menyerangku, mereka hendak mencaciku. Kalau mereka mencaciku, tentu mereka tak akan membiarkan aku begitu saja hingga kepalaku pecah. Tapi Zainal Abidin menoleh kepada mereka, seraya berkata,”Tahanlah diri kalian untuk memukul lelaki ini”, ketika itu juga orang-orang menahan diri untuk memukulku.

Setelah aku ketakutan dan terkejut, iapun menatapku dengan wajah penuh keceriaan, memberikan suasana aman dan menenangkan aku dari ketakutan. Ia berkata kepadaku, “engkau telah mencaciku dengan apa yang engkau ketahui, sedangkan yang tidak engkau ketahui adalah jauh lebih banyak dari itu”.

Ia melanjutkan, “apakah engkau mempunyai kebutuhan yang bisa ku bantu ?”.
Dengan pertanyaan itu, aku merasa sangat malu sehingga tidak mampu mengatakan apa-apa. Ketika ia melihat aku malu karenanya ia melepaskan baju yang dipakainya dan diberikannya kepadaku. Kemudian ia menyuruhku untuk menjualnya dengan 1000 dirham dan uangnya untukku.
Aku lalu berkata kepadanya, “ Aku bersaksi bahwa engkau adalah cucu Rasulullah shollallahu alaihi wasallam !”.

Dalam kisah lain disebutkan bahwa telah sampai kepada Imam Ahmad Rahimahulllah bahwa seseorang dari tetangganya mencacinya. Namun dengan berita yang sampai kepadanya tidak membuatnya marah atau membalas caciannya. Lalu apa yang ia buat ?...
Ia memanggil anaknya, lalu ia menyiapkan sepiring makanan atau buah-buahan, kemudian ia menyuruh anaknya untuk mengantarkan makanan itu kepada tetangganya yang telah mencacinya.

Inilah akhlaq… inilah sifat mulia yang akan menjadikan seseorang menjadi semakin mulia karenanya. Sesungguhnya sifat pemaaf tidak membuat seseorang kecuali akan menjadikannya mulia.

Tidak banyak dari manusia yang bisa bersikap seperti apa yang telah ditampilkan pada dua kisah diatas. Namun bagi orang mukmin hendaknya memiliki sifat ini. Dan tidaklah sifat pemaaf yang dimiliki oleh dua sosok istimewa diatas kecuali mereka benar-benar memahami akan hakikat akhlaq dan perangai yang baik. Sifat mulia yang tercermin dari beningnya hati dan lapangnya dada, karakter yang didasari dengan keimanan dan rasa kasih sayangnya kepada saudara seiman.

Begitu pula, sifat itu lahir karena Tawadlu yang dimilikinya. Sebab seorang yang angkuh dan membanggakan diri akan sulit untuk menerima perlakuan seperti ini terlebih jika ia seorang yang kedudukan status sosialnya terpandang dimata manusia yang lain. Namun bagi orang mukmin sejati, semua itu menjadi kecil… dan pahala dari ALLAH lebih ia harapkan daripada hanya sekedar membalas keburukan dengan keburukan yang serupa, sebab itu justru merupakan cerminan kekerdilan akalnya… dan dengan pemberian maaf tidak akan mengurangi kedudukannya dan tidak pula menjadikannya hina, bahkan itu akan menjadikannya seorang yang mulia.

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda :
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

“Shadaqah itu tidaklah mengurangi sebagian dari harta, dan tidaklah ALLAH menambah kepada seorang hamba karena (pemberian) maafnya kecuali kemuliaan, dan tidaklah pula seseorang bersikap Tawadlu kecuali ALLAH akan meninggikannya” (HR.Muslim 4689).

Wallahu a’lam.
Share this article :

2 komentar:

  1. Assalamualaikum, mau ngucapin makasih krn udah memposting cerita ini. :) Nemu pas lagi nyari tugas kuliah, hehe *gak nanya*

    Oh ya, slain berterimakasih, aku juga mau nanya nih, jadi Ali Zainal Abidin ini cucu apa cicit ya? Pas di awal di bilangnya cicit, tapi pas di akhir nyebutnnya cucu. Jadi mana yg bener ya? ._.

    Makasih sebelumnya, maaf mgganggu~

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam..alhamdulillah semoga manfaat
      beliau adalah cicit Rosululloh saw

      Hapus

alhamdulillah, semoga blog ini tetap eksis dan bermanfaat untuk ummat, bagi izzul Islam walmuslimin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Al-ghuraba - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template