Dosa-dosa besar (alkabâir) adalah dosa-dosa yang diancam dengan neraka diakherat kelak,seperti mencuri,berzina, isbal (menjulurkan kain dibawah mata kaki bagi laki-laki), durhaka kepada kedua orangtua, sumpah palsu; dan atau diancam dengan hukuman had didunia seperti mencuri,berzina,minum khomr dan lain-lain. Adapun selain itu dikatagorikan dosa kecil. Sedang jumlah dosa-dosa besar, Imam Adz-dzahabi mencantumkannya ada 70 macam didalam kitabnya "alkabâir". Sementara ulama lain mengatakan lebih daripada itu.
Imam Ibnu Qudâmah almaqdisi didalam kitab Minhâjul qâshidîn menyebutkan, bahwa dosa kecil bisa menjadi besar karena beberapa sebab, diantaranya adalah karena dosa itu dilakukan secara terus menerus.
Dosa besar yang pernah dilakukan lalu tidak dikerjakan lagi, lebih bisa diharapkan ampunannya daripada dosa kecil yang terus menerus dilakukan hamba. Ibarat tetes-tetes air yang menimpa batu yang keras, tentu akan mampu melubanginya. Andaikata tetes-tetes air itu dihimpun menjadi satu hingga banyak lalu diguyurkan keatas batu,niscaya tidak akan berpengaruh apa-apa.
Diantara penyebab dosa kecil menjadi besar juga, karena menganggap remeh dosa tersebut. Selagi suatu dosa dianggap besar oleh hamba, maka dosa itu menjadi kecil disisi ALLAH. Namun selagi hamba menganggapnya kecil dan remeh, maka ia menjadi besar disisi ALLAH, artinya seseorang harus merasa benar-benar bersalah dengan amalnya yang buruk, walaupun ia merupakan dosa kecil, sebab orang mukmin yang tidak mengakui kesalahannya kepada ALLAH dan menganggap remeh dosanya, sesungguhnya dia sedang terhinggapi sikap sombong pada dirinya.
Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anh berkata,"sesungguhnya orang mukmin itu melihat dosa-dosanya, seakan-akan dia sedang berada dikaki gunung, dia takut gunung itu akan menimpa dirinya, dan adapun orang durhaka, ia melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap dihidungnya, lalu ia berkata,'cukup begini saja',maksudnya cukup dengan menepiskan tangannya"
Suatu dosa terasa besar didalam hati orang mukmin karena dia mengetahui keagungan ALLAH .Jika ia melihat keagungan dzat yang dia durhakai, maka dia akan melihat dosa yang kecil seperti dosa besar. Bilal bin Sa'ad rahimahullah berkata,"Janganlah kalian melihat kecilnya kesalahan, tetapi lihatlah keagungan yang kalian durhakai".
Didalam riwayat al-Bukhari disebutkan perkataan Anas radhiyallahu 'anh,"sesungguhnya kalian benar-benar melakukan berbagai macam perbuatan, yang dalam pandangan kalian lebih kecil daripada sehelai rambut. Andaikan kami mempertimbangkannya pada masa Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam ,maka perbuatan-perbuatan itu termasuk dosa besar".
Diantara penyebab dosa kecil menjadi besar juga, ialah seseorang yang merasa senang melakukan dosa kecil dan dan bahkan membanggakannya, seperti perkataannya,"tidakkah engkau tahu bagaimana aku telah mencabik-cabik kehormatan sifulan dan bagaimana aku dapat menceritakan keburukan dan kegagalannya ?".
Penyebab lainnya karena seseorang yang menceritakan dosa yang telah dilakukannya kepada orang lain, padahal ALLAH sudah menutup aibnya, tapi malah dia sendiri yang membuka aibnya sendiri kepada orang lain.
Penyebab lainnya ,adalah orang yang melakukan dosa itu merupakan ulama yang menjadi panutan. Jika diketahui dia telah melakukan dosa, maka dosanya menjadi lebih besar, seperti memakai sutera atau berkhalwat (berduaan dengan wanita yang bukan mahram), atau bersalaman dengan wanita ajnabi (yang bukan mahram), atau menyukai musik. Apalagi jika dosa-dosa yang dilakukannya merupakan dosa besar atau menghantarkan kepada kesyirikan, seperti ziarah ke kuburan yang dianggap wali dan berdo'a memohon keperluannya diijabah dengan perantaraan yang sudah mati, atau juga ulama yang menghormati dan rela dengan hukum buatan manusia yang menyelisihi hukum ALLAH. Dosa-dosa yang dilakukan oleh ulama seperti ini jika dia meninggal dunia, kejahatannya tetap menyebar kemana-mana, sebab dengan kematiannya manusia tetap mengira bahwa perbuatannya waktu itu merupakan sesuatu yang benar menurut syari'at. Maka oleh sebab itu, beruntunglah orang yang meninggal dunia, sedang dosa-dosanya juga ikut meninggal bersamanya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda, (yang artinya): " Barangsiapa membuat sunnah yang buruk didalam islam, maka dia menanggung dosanya dan dosa orang yang melakukannya sepeninggalnya tanpa ada yang dikurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun" (HR.Muslim dan annasa-i).
Marilah kita selalu bertaubat kepada ALLAH. Sudah semestinya kita juga selalu waspada agar setiap amal bukan merupakan dosa besar atau merupakan dosa kecil yang berubah menjadi besar karena sebab-sebab diatas. Dan hendaknya setiap kita selalu melakukan "perhitungan" sebelum beramal agar perbuatan yang akan kita lakukan bukan sesuatu yang akan mendatangkan kemurkaan ALLAH dan membuat kita harus menyesal dikemudian hari .
Sebab sesungguhnya kita tidak boleh menyesal dengan amal sholih yang kita lakukan, dan penyesalan serta taubat itu hanya pada amal-amal yang dilarang ALLAH dan mendatangkan kemurkaan-Nya.
Wallahu a'lam.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !