*** Edisi Senin, 25 Syawal 1431 H.
Kisah ini terjadi saat menjelang perang Qadisiah di Persia. Disaat Saad bin Abi Waqqash mengutus utusan-utusannya untuk menemui para petinggi kerajaan kisra yang akan dihadapinya. Maka diutuslah An-Nu'man bin Muqarrin menemui raja kisra yang bernama Yazdagir, utusan ini untuk menyeru masuk islam, sebelum mereka memeranginya. Diutus pula Al-Mughirah bin syu'bah untuk menemui Rustum, panglima pasukan majusi Persia atas undangan dari Rustum. Kemudian kali berikutnya diutuslah Rib'iy bin 'Amir menemuinya. Inilah dia kisahnya yang menampakkan kegagahan dan kemuliaan seorang muslim dihadapan panglima musuhnya yang kafir.
Rib'iy bin 'Amir ats-tsaqofi Radhiyallahu 'anh, adalah seorang mujahid dari seorang sahabat mulia yang pemberani. Ia diutus menjumpai Rustum setelah sebelumnya Rustum meminta kepada kaum muslimin untuk mengirimkan dutanya agar mengetahui apa maksud kedatangan muslimin kenegeri itu.
Rib'iy bin 'Amir datang dengan mengendarai kuda pendek berambut panjang. Ia membawa pedang yang disarungkan pada lipatan bajunya yang sudah usang, tombak , perisai dan busur. Rib'iy segera masuk menemuinya sementara Rustum dan pasukannya telah menghiasi pertemuan itu dengan bantal-bantal yang dirajut dengan benang emas, serta permadani-permadani yang terbuat dari sutera. Mereka mempertontonkan kepadanya berbagai macam perhiasan berupa permata yaqut, permata-permata yang mahal dan perhiasan-perhiasan yang menyilaukan mata. Rustum sendiri memakai mahkota dan duduk diatas singgasananya yang terbuat dari emas. Sementara kebalikannya, shahabat kita Rib'iy datang dengan segala kesederhanaanya tapi dengan penuh kegagahan, ia tiba dengan jiwa yang agung dan pribadi yang luhur. Ia menampakkan kemuliaannya sebagai seorang muslim yang ALLAH telah memuliakannya dengannya.
Ketika ia telah sampai didekat permadani, dikatakan kepadanya "Turun !"…Tapi ia tidak menghentikan kudanya hingga setelah berada diatas permadani, barulah ia turun dari kudanya. Lalu mengikatkannya pada dua bantal yang ia sobekkan terlebih dahulu, kemudian ia masukkan tali kudanya kelubang dua bantal yang sudah terkoyak itu. Merekapun marah, tapi tak kuasa mencegahnya.
Selanjutnya mereka berkata lagi, "Letakkan senjatamu !"…Iapun menjawabnya dengan tenang, "Aku tidak pernah berniat mendatangi kalian, tetapi kalianlah yang mengundangku datang kemari, jika kalian memerlukanku maka biarkan aku masuk dalam keadaan seperti ini. Dan jika tidak kalian izinkan, aku akan segera kembali". Merekapun melaporkannya kepada Rustum. Rustum mengizinkannya tanpa syarat seraya berkata, "biarkan dia masuk, benarkah ia datang sendirian ?".
Rib'iy mendekat dan bertongkat pada tombaknya dalam keadaan posisi ujung tombak dibagian bawah, hingga permadani yang dilewatinya penuh dengan lubang-lubang bekas tombaknya. Mereka bertanya, "apa yang mendorongmu melakukan ini ?". Rib'iy menjawab, "kami tidak suka duduk diatas perhiasan kalian ini !".
Rustum bertanya, " apa yang kalian inginkan?"…. Rib'iy menjawab dengan lantang, "ALLÂH telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan diri kepada sesama manusia agar mereka menghambakan diri hanya kepada Rabbnya manusia (Tuhannya manusia) dan mengeluarkan mereka dari sempitnya dunia menuju luasnya dunia dan akhirat…. dan mengeluarkan mereka dari kedzaliman agama-agama yang ada kepada keadilan Islam. Maka Dia mengutus kami membawa agama-Nya untuk kami sebarkan kepada manusia. Barangsiapa menerima dakwah kami, maka kami merasa senang menerimannya dan kami akan pulang meninggalkannnya, tetapi barangsiapa menolak kami, maka kami akan memeranginya selama-alamanya hingga kami berhasil memperoleh apa yang dijanjikan ALLÂH kepada kami".
Mereka bertanya, "apa yang dijanjikan ALLÂH itu ?"…. Rib'iy menjawab,"Surga bagi orang yang mati sebagai syahid dalam memerangi orang yang menolak, dan kemenangan bagi yang hidup".
Maka Rustum berkata,"aku telah mendengar seluruh perkataan kalian tetapi maukah kalian memberi tangguh sejenak hingga kami berfikir dan kalian juga berfikir ?"…. Rib'iy menjawab, "iya ! berapa hari kalian minta ditangguhkan ?, satu atau dua hari ?"…. Rustum berkata, "Tidak, tetapi hingga kami menulis surat kepada para petinggi kami dan para pemimpin kami".
Rib'iy berkata, "Rasul kami tidak pernah mengajarkan kepada kami untuk menunda peperangan setelah bertemu musuh lebih dari tiga hari, maka silahkan kalian berfikir ulang dan pilihlah salah satu pilihan, jika masa penangguhan berakhir, pilihlah Islam, kami akan membiarkanmu dan bumimu,… atau jizyah, kami akan menerimanya dan melindungimu. Jika engkau tidak membutuhkan pertolongan kami, kami tak memerlukan pertolonganmu, jika engkau membutuhkannya kami akan melindungimu…. atau Perang ! pada hari keempat !. Kami tidak akan mengawali perang melawanmu sejak hari ini hingga hari keempat, kecuali jika engkau mendahului kami. Aku menjamin hal itu terhadap sahabat-sahabatku dan siapa saja yang engkau lihat perlu mendapat jaminan"…. Mereka bertanya, "apakah engkau pemimpin mereka?"….. Dia menjawab, "Tidak, tetapi seluruh muslimin ibarat satu tubuh, yang paling rendah dari mereka dapat memberikan jaminan keamanan terhadap yang paling tinggi sekalipun".
Akhirnya Rustum segera mengumpulkan para petinggi kaumnya dan berkata kepada mereka, "Pernahkan kalian melihat seseorang yang perkataannya lebih mulia dan lebih baik dari orang ini ?"…. Mereka menjawab,"jangan engkau terpengaruh dengan ucapan anjing ini dan meninggalkan agamamu, tidakkah engkau lihat bagaimana pakaiannya ?"…. Dia berkata kepada mereka, "Celaka kalian, jangan hanya melihat kepada penampilan dan bajunya , tetapi lihatlah betapa cemerlangnya perkataan, pemikiran dan jalan hidupnya. Sesungguhnya orang arab tidak pernah merasa bangga dan begitu peduli dengan pakaian dan makanan. Tetapi mereka benar-benar menjaga harga diri".
Kisah diatas memberi pelajaran kepada kita betapa agungnya islam dengan segala prinsip-prinsipnya bagi kehidupan manusia. Perhatikanlah, sosok seorang muslim yang gagah dengan islam. Islam telah menjadikannya manusia yang memiliki kemuliaan, dan pada dirinya tertanam bahwa orang-orang kafir adalah orang-orang yang hina dihadapan ALLÂH, sehingga ia harus dengan gagah ketika menghadapi kekafiran yang dibentengi dengan kekuatan. Hal lain, bahwa tanpa jihad, umat manusia akan selalu tenggelam dalam kesryirikan dan kekufuran, ketika mereka berada dibawah kekuasaan yang kafir, sebab da'wah islam akan dihalang-halangi oleh kekuasaan yang kafir bersenjata….dan dalam kondisi seperti itu, jihadlah solusinya,… sehingga Dienul Islam menjadi tersebar, dan manusia menjadi bertauhid, serta melakukan "penyembahan" yang sesungguhnya kepada Rabbnya setiap hamba, setelah sebelumnya manusia diperbudak dengan "menyembah" kepada sesama hamba.
Wallahu a'lam.
*** Disarikan dari :
1).Tartîb wa tahdzîb albidâyah wa annihâyah, alhafidz ibnu katsir- Muhammad bin Ismail as-sulami (edisi Indonesia:Perjalanan hidup empat khalifah Rasul yang agung ; Darul Haq- Jakarta).
2). al-wala' wal-baro` fil-islam ; Muhammad bin Sa'id al-Qahthani (edisi Indonesia : Al-wala wal-baro, Loyalitas & antiloyalitas dalam islam; era intermedia-solo ; atau juga diterbitkan oleh oleh penerbit lain)
bener-bener keteguhan yang luar biasa..............
BalasHapus