Headlines News :
'
Home » » AL-WALA` dan AL-BARO`

AL-WALA` dan AL-BARO`

Written By Al-ghuraba on Senin, 20 September 2010 | Senin, September 20, 2010

edisi Senin, 11 syawal 1431 H

Pondasi al-wala' adalah sikap kecintaan, dan pondasi al-baro' adalah kebencian. Dari keduanya lahirlah sebagian perbuatan hati dan anggota badan yang termasuk hakikat loyalitas dan antiloyalitas.

ALWALA' berarti Memberikan loyalitas kepada ALLAH , Rasul-Nya dan orang-orang beriman dengan kecintaan, kedekatan, kesetiaan, keberpihakan, pembelaan dan pertolongan.

ALBARO' berarti, Memberikan antiloyalitas terhadap musuh-musuh ALLÂH (seperti orang-orang kafir) dengan kebencian (tidak mencintai), permusuhan, ketidakberpihakan dan perlepasan diri dari mereka.

Al-Wala' dan Al Baro' merupakan bagian dari konsekwensi LAA ILÂHA ILLALLÂH, dan ia merupakan cerminan dari keimanan itu sendiri yang membedakan antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir. Oleh sebab itu Pembuat syari'at Maha Bijaksana dengan menamakan kelompok pertama (orang-orang mukmin) dengan sebutan AULIYÂ-ULLÂH ,artinya wali-wali ALLÂH, dan untuk kelompok kedua (musuh-musuh ALLÂH) dengan sebutan AULIYÂUS-SYAITHÂN, yang berarti wali-wali syaithan.

Ketahuilah bahwa ALLAH Azza wa Jalla tidak pernah mengutus seorang nabipun dengan membawa tauhid melainkan bahwa Dia menjadikan baginya musuh-musuh. Dan ALLÂH membimbing orang-orang beriman untuk memiliki sikap yang benar yang harus dimiliki dalam menghadapi musuh-musuh ALLÂH itu. Sikap itulah yang dinamakan al-wala' dan al-baro' . Yaitu, sikap kecintaan dan pertolongan yang harus diwujudkan terhadap ALLÂH, Rasul-Nya dan sesama orang-orang mukmin yang disebut ALWALA'. Dan sikap permusuhan dan ketidakberpihakan terhadap orang-orang kafir dan musuh-musuh-Nya yang disebut al-baro'.

Rasûlullâh saw bersabda (yang artinya) : " Buhul tali iman yang paling kokoh adalah perwalian karena ALLÂH dan permusuhan karena ALLÂH ; Kecintaan karena ALLÂH dan Kebencian karena ALLÂH" (Hadits hasan,dalam shahih al-Jami as-shaghir no.2536)

Imam Ibnu Taimiyyah Rahimahullahu berkata, "bahwa perwujudan syahadat LÂ ILÂHA ILLALLÂH menuntut seseorang agar tidak mencintai kecuali karena ALLÂH, tidak membenci kecuali karena ALLÂH , tidak memberikan kesetiaan (loyal) kecuali karena ALLÂH, tidak memusuhi kecuali karena ALLÂH, mencintai apa yang dicintai ALLÂH , dan membenci apa yang dibenci oleh ALLAH Azza wa Jalla; loyal kepada orang-orang mukmin dimanapun mereka berada, dan memusuhi orang-orang kafir, sekalipun mereka adalah kerabat yang terdekat"

Sikap al-wala' dan al-baro' dengan hati dan perbuatan merupakan tolok ukur keimanan seseorang apakah imannya kuat ataupun lemah, bahkan dalam suatu kondisi, kesalahan menempatkan al-wala' tidak pada tempatnya bisa mengakibatkan dia bagian dari orang-orang kafir, seperti pertolongan yang seharusnya diberikan kepada saudaranya yaitu orang-orang mukmin, dia malah memberikan bantuan dan pertolongan serta keberpihakan itu kepada orang-orang kafir dalam memusuhi kaum muslimin, maka dalam kondisi demikian orang tersebut menjadi kafir disebabkan sikap al-wala' dan al-baro' yang terbalik.

Yang kita bahas disini adalah persoalan aqidah, yaitu menyangkut hal-hal yang prinsip. Adapun dalam hal mu'amalah (interaksi manusiawi) maka tidak mengapa seseorang berinteraksi dengan orang-orang kafir, seperti bertetangga, berjual beli, saling menitipkan barang sebagai amanah dan seterusnya. Hanya saja syari'at membatasi walau dibolehkannya berinteraksi sosial dengan orang-orang kafir, tetap harus menjaga batas-batasnya, yaitu tidak mencintai mereka dan tidak memberikan loyalitas kepada mereka, sebab yang pantas diberikan kecintaan dan loyalitas bagi orang mukmin adalah kepada sesama orang-orang mukmin, dan bukan kepada musuh-musuh ALLÂH dari orang-orang kafir itu.

Betapun kekurangan yang dimiliki oleh orang mukmin dari sisi akhlaknya misalnya, itu masih jauh lebih baik daripada orang-orang kafir. Dan sikap al-wala' kita (dengan kecintaan dan loyalitas) harus tetap diberikan kepada orang-orang mukmin (walau dengan segala kekurangan yang dimilikinya), dan sikap al-baro' (dengan permusuhan dan perlepasan diri) kita tetap ditujukan kepada orang kafir itu. Hal itu karena orang-orang kafir adalah orang-orang yang tidak beriman yang membangkang dan angkuh kepada perintah ALLÂH, dan juga mereka senantiasa berupaya untuk memerangi orang-orang mukmin agar orang-orang mukmin menjadi kafir seperti mereka.

Realita yang memprihatinkan hari ini, banyak dari kalangan muslimin yang salah kaprah dalam kaitannya dengan al-wala' dan al-baro' ini. Sebagian mereka lebih mencintai dan memuliakan orang-orang kafir dari orang-orang mukmin. Bahkan sebagian dari mereka mempercayai apa saja yang dipropangandakan orang-orang kafir walau hal itu menjadikan saudaranya dari orang-orang mukmin menderita. Atau juga mereka bersekongkol dengan musuh-musuh ALLÂH dalam memerangi islam dan kaum muslimin baik secara fisik (peperangan) maupun pemikiran. Ini sungguh memprihatinkan. Padahal nyatalah didalam kondisi yang paling parah dalam salahnya menempatkan al-wala' dan al-baro' ini akan menjadikan mereka justru bagian dari orang-orang kafir itu sendiri, begitulah ancaman ALLÂH. Dan ALLÂH melarang orang-orang mukmin mengambil wali (pemimpin, pelindung dan penolong) dari kalangan orang-orang yahudi, nasrani dan orang-orang kafir.

ALLÂH berfirman (yang artinya) ," Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim." (QS.5:51)

Dalam ayat lain, ALLÂH melarang mengambil wali dari kalangan orang-orang yang menjadikan agama sebagai bahan ejekan dan senda gurau. ALLÂH berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu (walimu), orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.! " (QS.5: 57).

Oleh sebab itu, wujudkanlah sikap al-wala' kepada saudara kita, dengan kecintaan, keberpihakan, kesetiaan dan pertolongan. Sebab itu ALLÂH menyebut orang-orang beriman dalam hal saling mengasihi, dan mencintai mereka seperti satu tubuh. Orang-orang mukmin adalah bersaudara. Siapa yang tidak memberikan sikap al-wala' nya kepada orang-orang beriman, berarti dia juga telah membuat cacat dalam hal al-wala' nya kepada ALLÂH. Bersatulah dalam satu barisan orang-orang yang saling mengasihi dalam persaudaraan yang haqiqi dibawah naungan ALLÂH…. dan janganlah engkau berikan sikap al-wala' itu kepada orang-orang kafir, karena sesungguhnya yang layak mereka dapatkan darimu adalah sikap al-baro'…. berlepas diri. Bersikap keraslah kepada orang-orang kafir dan musuh-musuh ALLÂH itu. Dan waspadalah terhadap tipudaya mereka, karena sesungguhnya mereka tidak akan henti-hentinya memerangimu… memerangi islam dan kaum muslimin.

Wallâhu a'lam.

(Disarikan dari buku , ALWALA` WALBARO`, Loyalitas dan Antiloyalitas Dalam Islam ; Muhammad bin Sa'id al-Qahthani ; pustaka Era Intermedia- solo)

Share this article :

2 komentar:

  1. mudah2an tetap istiqomah..dan sudah seharusny berlepas diri dari kaum kafir...jika qt mempunyai keyakinan n prinsip yang benar dan lurus dlm berISLAM.)))

    BalasHapus
  2. @ Anonim
    Insya Alloh...kita saling mendo'akan

    BalasHapus

alhamdulillah, semoga blog ini tetap eksis dan bermanfaat untuk ummat, bagi izzul Islam walmuslimin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Al-ghuraba - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template