Headlines News :
'
Home » » Busuknya fanatisme kesukuan, nasionalisme dan golongan

Busuknya fanatisme kesukuan, nasionalisme dan golongan

Written By Al-ghuraba on Selasa, 04 Januari 2011 | Selasa, Januari 04, 2011

*** Edisi Selasa, 29 Muharam 1432 H

" Adakah kalian menyeru dengan seruan jahiliyah, sedang aku berada ditengah-tengah kalian ?!" , demikian ucapan Rasûlullâh Shollallâhu alaihi wasallam yang beliau sampaikan dengan nada marah disuatu saat, tatkala sebagian shahabatnya saling menyeru masing-masing kelompoknya dalam suatu perselisihan.

Kejadian itu terjadi ketika Rasûlullâh Shollallâhu alaihi wasallam dan para shahabat dalam perjalanan pulang dari perang bani musthaliq tahun ke 6 Hijrah. Disuatu tempat istirahat dalam perjalanan itu diantara mereka pergi ke sumber mata air untuk memenuhi keperluan. Disinilah peristiwa itu terjadi, tatkala orang upahannya Umar bernama Jahjah (dari kalangan Muhajirin) berdesakan dengan Sinan bin Wabar al-Juhani (seorang dari kalangan anshar) sehingga keduanya berselisih dan adu mulut. Lantas Sinan berteriak menyeru kaumnya untuk menolongnya "Wahai orang-orang anshar.. !"…. demikian pula Jahjah yang merasa terancam dia segera menyeru kaumnya untuk menolongnya "Wahai orang-orang Muhajirin…. !" .

Lalu Rasûlullâh pun marah besar dengan perilaku para shahabatnya ini, seraya bersabda " Adakah kalian menyeru dengan seruan jahiliyah, sedang aku berada ditengah-tengah kalian ?!... Tinggalkan itu, karena ia adalah sesuatu yang busuk !".(HR.Al-Bukhari 4525)

Dalam kesempatan ini beliau Shollallâhu alaihi wasallam menegur para shahabatnya itu dengan ucapan yang keras. Bahkan beliau menghardik mereka karena perilaku mereka yang tidak islami, bahkan beliau menyebutnya sebagai adat jahiliyah dan merupakan sesuatu yang busuk !.

Suatu ungkapan yang benar-benar pedas dan keras yang disampaikan oleh beliau Shollallâhu alaihi wasallam, betapa tidak,… beliau adalah seorang Rasul ALLÂH yang mendakwahkan islam kepada mereka, sedang beliau saat itu ada ditengah-tengah mereka dan islam sudah mengajarkan kepada mereka bahwa persatuan dan kesatuan itu hanya dalam islam, dan bukan kesukuan atau golongan.

Orang-orang mukmin sudah disatukan oleh ALLÂH dalam persaudaraan yang sesungguhnya dan tidak ada lagi tersisa fanatisme golongan atau kesukuan (baca: ashabiyah) apapun bentuknya, tak terkecuali golongan yang mendapatkan predikat kemulyaan disisi ALLÂH dan Rasul-Nya,..yaitu "Muhajirin" dan "anshar", ia tetap merupakan adat jahiliyah yang busuk ketika mereka ta'ashub dengan nama golongan itu dan dijadikan pemicu untuk meretakkan ikatan persaudaraan islam yang mereka diperintahkan untuk bersatu didalamnya.

Dan nyatalah bahwa pada kejadian ini menjadi peluang emas dan modal bagi orang-orang munafiq untuk menghasut para shahabat Nabi dari kalangan anshar agar berpaling dari Nabi Shollallâhu alaihi wasallam dan tidak menjadi anshar (baca: penolong) bagi orang-orang yang hijrah kenegeri mereka di Madinah, Abdullah bin Ubay bin salul ,tokoh munafiq mencibir mereka seraya berkata,"Apakah mereka (muhajirin) berani berbuat seperti itu?. Mereka telah menyaingi dan mengalahkan kita, justru dinegeri kita sendiri. Demi ALLÂH, kita dan mereka tak ubahnya kata pepatah 'Gemukkan anjingmu, niscaya ia akan menggigitmu'. Demi ALLÂH, jika kita kembali ke Madinah, maka penduduknya yang mulia (maksudnya dia,Abdullah bin Ubay) benar-benar akan mengusir penduduknya yang hina (maksudnya Muhammad Shollallâhu alaihi wasallam)".

Kemudian dia berpaling kearah golongannya sembari berkata,"Inilah yang telah kalian lakukan terhadap diri kalian sendiri. Kalian halalkan negeri kalian bagi mereka (muhajirin), kalian bagi harta benda kalian dengan mereka. Demi ALLÂH, andaikata kalian tidak memberi harta kalian, tentu mereka akan berpindah ke tempat lain".

Lihatlah bukti bahwa fanatik kesukuan dan golongan merupakan perilaku jahiliyah yang busuk, ia sangat disukai oleh orang-orang munafiq sejenis Abdullah bin Ubay bin salul, sebab memang begitulah yang diinginkan oleh orang-orang munafiq dan orang-orang kafir. Mereka menginginkan agar ummat islam berpecah belah dan tidak ada lagi ikatan persaudaraan yang kokoh diantara mereka. Musuh-musuh islam itu mengerti bahwa dengan retaknya persaudaraan islam yang diajarkan Rasulnya akan mudah bagi mereka untuk memporakporandakan barisan kaum muslimin. Mereka tidak harus berpayah-payah mengerahkan kekuatan full untuk menghancurkan kekuatan muslimin ketika diantara muslimin sendiri sudah tidak ada lagi persaudaraan islam dan masing-masing golongan merasa ta'ashub dengan golongannya, kelompoknya, sukunya dan tanah airnya.

Orang-orang mukmin yang sudah tenggelam dalam ta'ashub kesukuan (termasuk didalamnya nasionalisme kebangsaan dan tanah airnya) tidak akan pernah merasa memiliki lagi kecemburuan kepada agamanya. Sehingga tatkala agamanya tertimpa bencana yang disebabkan musuh-musuh mereka atau kehormatan saudara-saudara seimannya ternodai, mereka tidak ambil peduli dan tak terdetik didalam benaknya sedikitpun untuk membela agama dan kehormatan saudara seimannya. Ini adalah bencana besar yang menimpa umat hari ini dan perkara yang harus kita perhatikan dengan serius.

Sesungguhnya ketika Rasûlullâh Shollallâhu alaihi wasallam telah menegur dengan keras atas sikap para shahabatnya saat itu karena fanatik golongan Muhajirin dan Ashar dengan menyebutnya sebagai seruan jahiliyah dan perkara yang busuk, maka apalagi yang lebih rendah dan lebih hina dari itu. Sebab sesungguhnya istilah Muhajirin dan anshar adalah istilah syar'i yang diberikan oleh Nabi Muhammad Shollallâhu alaihi wasallam yang mana ALLÂH sendiri meridhoi golongan Muhajirin dan Anshar ini.

Keutamaan Muhajirin dan anshar sudah banyak disebutkan didalam nash-nash alquran maupun sunnah nabawiyyah. Mereka adalah orang-orang pilihan yang ALLÂH berikan keistimewaan kepada mereka. Berkenaan dengan Nama Mujahijirin, ALLÂH memberikan predikat bagi mereka dengan sebutan ash-shadiqun,yaitu orang-orang yang jujur dan benar sebagaimana yang tercantum dalam surah al-hasyr ayat 8

لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ


"(Juga) bagi para fakir Muhajirin yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar".

Begitupula predikat keutamaan ini dimiliki oleh orang-orang anshar, sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat berikutnya :

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (yaitu Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung". (QS.59 : 9)

Demikian pula ALLÂH dalam ayat lain, ALLÂH meridhoi mereka kaum Muhajirin dan anshar ini, seperti yang difirmankan ALLÂH dalam surah attaubah : 100.

Namun walaupun demikian, perhatikanlah,…. bahwa walau mereka adalah golongan yang telah ALLÂH muliakan dan memiliki keistimewaan disisi-Nya dan disisi Rasul-Nya, akan tetapi ketika hal itu disalah gunakan dengan fanatik akan golongannya masing-masing, maka Rasûlullâh Shollallâhu alaihi wasallam mencelanya dan menyebut perilaku ashobiyah ini dengan perbuatan jahiliyah dan perkara yang busuk.

Dengan berkaca kepada peristiwa ini, tentu kita seharusnya mewaspadai agar tidak terjerumus dengan adat-adat jahiliyah dan perbuatan busuk ini. Sebab jika Rasûlullâh saja mencela perbuatan para shahabat golongan Muhajirin dan anshar diatas, apatah lagi dengan bentuk-bentuk fanatisme golongan yang lebih hina dari itu yang tidak ada landasan syar'inya dan tidak ada keistimewaannya dalam islam sama sekali seperti bentuk-bentuk ta'ashub nasionalisme kebangsaan, suku atau bahasa.

Sesungguhnya dengan islam leburlah semua bentuk fanatik kesukuan,.. dan semua orang-orang beriman adalah satu dibawah bendera tauhid, LÂ ILÂHA ILLALLÂH , MUHAMMADAR-RASÛLULLÂH. Islam menembus semua tapal batas perbedaan-perbedaan, tidak ada lagi fanatik Kebangsaan, tanah air dan Negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, brunai, Maldive, Australia, inggris, amerika, arab , afrika dan seterusnya…. sebab pengkotak-kotakan dan pemisahan-pemisahan Negara-negara itu dibuat oleh orang-orang yang rakus dengan dunia dan orang-orang kafir semata….

Bagi kita tidak ada lagi ta'ashub melayu, minang, jawa, bugis, sunda, dayak, Madura, eropa, arab, negro, kulit putih, kulit hitam, mata sipit atau tidak sipit, dan seterusnya…. tidak ada….! yang ada hanyalah islam, dan semua orang-orang mukmin adalah bersaudara, mereka harus bersatu padu dalam satu barisan, satu dalam ikatan tauhid yang suci, dan jangan berpecah belah dalam menghadapi musuh. … Dan ingatlah, bahwa fanatik kesukuan dan golongan adalah perbuatan jahiliyah yang busuk.

Wallahu a'lam.

*** (Disarikan dari kitab ar-rohiqul-makhtum; karya syekh shofiyurrahman almubarokfuri (edisi Indonesia : Sirah Nabawiyah/pustaka al-kautsar-Jakarta).

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Al-ghuraba - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template