*** Edisi selasa, 19 Rabi'ul awwal 1432 H
Sedikit sekali dari ummat ini yang mengetahui Siroh perjalanan Nabi Muhammad n pada setiap babak-babak penting yang dilalui beliau dalam menyebarkan dakwah Islam dan ujian-ujian berat dengan segala pengorbanan kaum muslimin dalam mempertahankan seluruh syiar-syiar islam yang ALLÂH turunkan kepada Rasul-Nya yang mulia.
Sebutlah salahsatunya, peristiwa perang Bani Qainuqa yang terjadi pada tahun ke dua hijrah. Perang yang dimulai dengan babak kejadian yang tragis yang mendahuluinya, sebagai pemicu atas terjadinya perang ini.
Perang ini disebut perang Bani Qainuqa, karena dinisbatkan kepada nama Bani Qainuqa. Yaitu suatu suku Yahudi diantara 3 suku terbesar dari kaum Yahudi yang menempati kota Yastrib (baca: Madinah). Dua suku lainnya adalah Bani Nadlir dan Bani Quraidhah yang dikemudian hari mereka pun tak luput dari permasalahan yang mereka timbulkan yang berakhir dengan perang terhadap mereka disebabkan penghianatan mereka kepada islam dan kaum muslimin di Madinah.
Sesungguhnya sejak awal-awal islam tersebar di Madinah, orang-orang yahudi amat memusuhi Rasûlullâh dan kaum muslimin. Mereka memiliki rasa dengki yang tak berkesudahan. Hari demi hari kedengkian dan permusuhan mereka kepada islam dan kaum muslimin semakin menjadi-jadi, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Hingga kaum muslimin berhasil mengalahkan pasukan quraisy di Badr pun, mereka justru semakin memusuhi kaum muslimin, bahkan mereka menantang kaum muslimin untuk menghadapi mereka dan meremehkan kaum muslimin dengan kemenangan atas pasukan quraisy di Badr.
Hasutan demi hasutan yahudi yang dipimpin Syas bin Qais kepada kaum Anshar dari suku Aus dan khajraz mereka jalankan. Hal itu agar permusuhan Aus dan Khajraz pada waktu jahiliyah dahulu kembali berkobar. Diantara mereka bahkan sempat termakan provokasi ini, hingga hampir saja terjadi perang saudara dikalangan kaum muslimin, namun Rasûlullâh segera mengingatkan mereka dengan keras dan menyadarkan mereka akan persaudaraan dalam islam.
Kedengkian dan permusuhan mereka tak cukup disitu. Tokoh yahudi lain Ka'ab bin asyraf menghina-hina Rasûlullâh dan kaum muslimin secara terang-terangan lewat syair-syairnya. Dia juga menghasut kaum yahudi Bani Qainuqa untuk bangkit menentang dan melawan kaum muslimin. Hingga kaum yahudi bani Qainuqa semakin berani untuk melanggar perjanjian dan melecehkan islam, hingga akhirnya terjadilah suatu peristiwa yang menyulut api perang melawan Bani Qainuqa atas pengkhianatan mereka.
Peristiwa itu bermula dari suatu kejadian dimana suatu hari seorang wanita muslimah datang disuatu kios emas di pasar bani qainuqa hendak menjual kerajinan yang ia buat. Saat muslimah ini datang dikios itu sudah terdapat beberapa orang yahudi. Maka tatkala muslimah ini hadir, mereka melakukan godaan dan canda yang mencemooh terhadap muslimah ini dan memaksanya untuk menampakkan wajahnya namun ia menolak. Hingga kelakuan mereka dengan makarnya pada taraf mempermalukan muslimah ini. Yaitu tukang emas pemilik kios mengikatkan ujung kain muslimah ini pada bangku yang ada disitu atau pada bagian punggung pakainnya tanpa sepengetahuannya, hingga ketika muslimah ini berdiri, tersingkaplah aurat wanita ini. Merekapun tertawa terbahak-bahak dan mencemooh. Tak ayal lagi muslimah sontak ia berteriak sekeras-kersasnya meminta tolong.
Pada saat yang bersamaan, seorang lelaki muslim melewati area tersebut, demi mendengar teriakan muslimah ini, iapun melompat kearahnya. Kemudian ia merobohkan lelaki yahudi tukang emas tadi dan membunuhnya.
Tak pelak lagi, orang-orang yahudi yang lain terpancing amarahnya dengan kejadian ini, mereka mengepung pemuda muslim hingga akhirnya mereka ganti balas membunuh pemuda ini.
Berita ini sampai kepada Rasûlullâh , dan keluarga korban berteriak meminta tolong kepada kaum muslimin atas perilaku orang-orang yahudi. Kini Madinah menjadi gegap gempita dengan peristiwa ini. Sebab sejatinya seluruh penduduk Madinah harus saling bahu membahu seiring dan sepenanggungan dalam menjaga keamanan madinah. Mereka terikat dengan piagam Madinah yang disepakati para pemuka kaum yang menempati Madinah bersama Rasûlullâh sebagai pemimpin muslimin. Namun pada kenyataanya orang-orang Yahudi sudah berlaku khianat dengan perjanjian ini, dan merekalah yang memulai membuat kericuhan dengan melecehkan kehormatan seorang wanita dari kalangan muslimah. Setelah sebelumnya pengkhianatan demi pengkhianatan mereka lancarkan dan permusuhan selalu mereka kobarkan dengan terang-terangan.
Lalu apakah sikap yang diambil Rasûlullâh dengan peristiwa ini …?. Disinilah babak penting yang kita maksud untuk direnungkan dan difahami sebaik-baiknya oleh kita yang mengaku pengikut Nabi yang setia.
Rasûlullâh n mengeluarkan intruksi perang kepada para shahabatnya. Dia memerintahkan para shahabatnya untuk mempersiapkan peralatan perang dan segera berkumpul. Lalu memberikan order untuk mengepung Bani Qainuqa karena pengkhianatan mereka.
Pasukan pun berangkat. Sejumlah pasukan muslimin dari kalangan shahabat serentak menuju perkampungan Bani Qainuqa atas perintah Rasûlullâh yang mulia. Mereka mengepung suku yahudi yang berjumlah 700 orang ini untuk menyerah kepada muslimin. Namun mereka tidak mau menyerah. Mereka bertahan di benteng-benteng mereka. Hingga ALLÂH menimpakan rasa gentar pada hati mereka setelah melewati pengepungan pasukan muslimin selama 15 malam. Akhirnya mereka menyerah. Namun Abdullah bin Ubay tokoh munafiq ikut serta memberi pembelaan terhadap orang-orang yahudi ini. Dan meminta dengan paksa kepada Nabi untuk memperlakukan dengan baik terhadap suku yang bersekutu dengan sukunya.
Rasûlullâh akhirnya memberikan keputusan mengusir suku Bani Qainuqa. Dan mereka diperintahkan untuk meninggalkan Madinah dengan tidak diperbolehkan membawa peralatan perang. Yang hanya boleh dibawa adalah apa yang bisa dibawa oleh unta-unta mereka dari perlengkapan-perlengkapan rumah.
NILAI KEHORMATAN ISLAM DAN SYI'ARNYA
Sungguh kejadian diatas tidak sepatutnya dilewatkan begitu saja. ia mengandung pelajaran yang berharga bagi kita. Nilai kehormatan Dien kita,.. dan harga diri pemeluknya menjadi sesuatu yang yang harus dibela dan dijaga dengan segenap pengorbanan. Begitu pula kesatuan persaudaraan diantara sesama orang-orang mukmin dan bagaimana sikap kita menghadapi orang-orang yahudi yang sudah dicontohkan Rasûlullâh n.
Sesungguhnya Islam adalah agama yang suci. Ia adalah satu-satunya agama yang diridhai ALLÂH. Risalah yang dibawa oleh Rasûlullâh n merupakan risalah yang datang dari Dzat Yang Maha Pemurah,.. ALLÂH Azza wa Jalla . Penghinaan dan pelecehan terhadap syiar-syiar agama islam sama artinya dengan penghinaan dan pelecehan kepada Dzat Yang Mengutus Nabi Muhammad untuk menyampaikan risalah-Nya.
Begitu pula penodaan dan penistaan terhadap pemeluk agama ini saat ia berpegang teguh dengan agamanya merupakan penodaan dan penistaan agama islam secara tidak langsung.
Bila kita cermati dari sisi ini, kita dapat memahami bagaimana sikap tegas yang diambil oleh Rasûlullâh n sebagaimana pada peristiwa diatas. Beliau telah mengambil langkah yang benar terhadap siapapun yang memerangi islam yang beliau diperintahkan untuk mendakwahkannnya. Karena beliau memahami betapa agungnya Dien ini, dan betapa Agungnya Dzat yang mengutusnya.
Itulah harga diri islam sebagai satu-satunya Dien yang diridhai ALLÂH Azza wa Jalla. Dan begitulah pula kesetiakawanan dan persaudaraan islam dalam memberikan pertolongan dan pembelaan kepada saudaranya. Ketika kehormatan islam dinodai, maka taruhannya adalah nyawa untuk menebusnya. Sebab pembelaan kepada agama islam dan syi'ar-syi'arnya adalah pembelaan kepada ALLÂH. Tidak sepantasnya umat islam berlaku acuh terhadap apa yang menimpa Diennya dan saudaranya. Bahkan setiap muslim harus senantiasa menyiapkan dirinya untuk menjadi ANSHARULLAH,.. para penolong agama ALLÂH.
Jika rasa kepedulian umat terhadap nasib Dien ini tidak ada , maka tunggulah kebinasaannya dan kehinaan umat ini dihadapan umat yang lain. Demikian pula jika rasa persaudaraan islam sudah terkikis dan tidak tersisa, maka kondisi yang menimpa kaum muslimin dibelahan bumi akan semakin terpuruk dan menjadi bulanan musuh-musuh islam. Oleh sebab itulah para ulama fiqh membuat kesimpulan kewajiban jihad menjadi fadhlu 'ain jika dalam 4 kondisi, yang salah satunya, jika ada satu orang muslim yang ditawan musuh (orang kafir) maka Jihad menjadi fardlu 'ain bagi kaum muslimin, dan kewajiban itu terus melebar dan meluas, hingga kaum muslimin bisa membebaskan saudaranya yang ditawan musuh.
Sedangkan hari ini jika kita mau jujur, betapa banyak saudara-saudara kita yang ditawan musuh karena alasan agama mereka. Dan betapa banyak pula wanita-wanita muslimah yang di penjara sedang mereka mendapatkan siksaan fisik dan fyikis ditangan orang-orang kafir. Kehormatan mereka dinodai,.. kitab suci dihinakan, dan musuh tidak segan-segan pula untuk menangkap, mengusir dan membunuh para aktifis dakwah Tauhid dan Mujahid yang ingin mengembalikan kemuliaan islam dan kaum muslimin dimuka bumi. Bahkan disebagian belahan bumi, kaum muslimin dinodai dan dibunuh dihadapan qur`an-qur`an mereka dan didalam masjid-masjid mereka.
Apa yang ditulis oleh Fathimah dalam suratnya dari balik jeruji penjara abu ghuraib salah satu contoh tersebut. Kejadian itu terjadi pada tahun 2004 di penjara abu ghuraib –irak (sebelum ia menjumpai kesyahidannya). Betapa ia bersama 12 gadis muslimah mendapatkan perlakuan keji dari orang-orang kafir amerika keturunan kera dan babi. Ia menjerit meminta tolong kepada saudara-saudaranya seiman untuk membebaskan mereka dari belenggu orang-orang kafir dan bejatnya perlakuan mereka, bahkan ia berkata, ",.. Bunuhlah kami bersama mereka…! Hancurkanlah kami bersama mereka…..! Dan jangan biarkan kami seperti ini….! Jangan biarkan kami seperti ini,….Sementara mereka bebas menikmati diri kami" ia juga berkata, "Mereka telah memperkosaku dalam satu hari lebih dari 9 kali…… Lebih dari 9 kali….! Tidakkah kalian berakal ?..... Tidakkah kalian berakal ?......... Tidakkah kalian berakal ?.......
Bayangkan jika yang diperkosa itu adalah salah seorang saudari kalian…. Kenapa kalian tidak berfikir bahwa aku ini adalah saudari kalian ?!......Aku adalah saudari kalian……Kenapa kalian tidak anggap bahwa aku adalah saudara kalian ?...."
Jika perihal wanita muslimah yang tersingkap auratnya saja seperti itu yang langkah yang ditempuh Rasûlullâh n lalu bagaimana dengan jeritan permintaan tolong seperti Fathimah dan yang lain dibelahan bumi hari ini. Tidakkah kita segera berfikir untuk memberikan yang terbaik dan termahal bagi Dien ini dan tidak berleha-leha atas yang menimpa umat islam. !
Sedang syariat islam dibuang,…. darah –darah muslimin tiada henti mengalir,.. tangisanpun tiada pernah berhenti,.. luka-luka ummat ini bertambah-tambah.. dan hilangnya nyawa-nyawa dari putra putri islam tiada terhitung…. Sementara musuh tertawa puas dan semakin beringas .
Ketahuilah bahwa Al-mu'tashim billah, salah seorang khalifah bani Abbasiyah telah mengerahkan pasukan 70.000 orang mujahid hanya untuk membebaskan seorang muslimah yang ditawan orang-orang romawi,….. hanya untuk satu muslimah saja… ! lalu bagaimana jika orang-orang muslim dan muslimah dipenjara dalam jumlah besar karena alasan agama mereka seperti yang terjadi dibelahan dunia hari ini…?!. Tidakkah ada al-mu'tashim-al-mu'tashim yang akan membebaskan mereka seperti yang diteriakan oleh Fathimah di penjara abu ghuraib. " dimanakah orang-orang seperti almu'tashim…?... dimanakah orang-orang seperti almu'tashim … ?!".
HASBUNALLAHU WANI'WAL-WAKIIL …….
*** Wallahu a'lam.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !