Inilah Kondisi Kita....
Written By Al-ghuraba on Rabu, 04 April 2012 | Rabu, April 04, 2012
*** Edisi Selasa 11 Jumadil Awwal 1433 H.
Tatkala Abu Aziz tertawan ditangan Abdurrahman bin ‘Auf usai perang Badr, lewatlah Mush’ab bin Umair dihadapannya, - Abu Aziz adalah saudara Mush’ab bin Umair- . Mush’ab sekilas melihat adiknya, lalu kemudian menemui Abdurrahman bin ‘Auf. Ia memberikan saran kepada Abdurrahman: “Ikat kuat tawananmu, karena sesungguhnya ibunya adalah seorang wanita kaya. Jadi engkau bisa menukarnya dengan uang tebusan. Jangan engkau lepaskan ikatan tangannya !”. Abu Aziz marah mendengar perkataan saudaranya, ia berujar:”Saudaraku, mengapa engkau mengatakan seperti itu padanya?”. Maka Mush’ab menjawab,”Demi ALLAH.. dialah Abdurrahman saudaraku yang sebenarnya, bukan kamu !”.
Tatkala Mahishah bin Mas’ud membunuh pemuka Bani Quraizhah bin Saninah, maka ia ditegur oleh saudara tuanya Huwaishah. (Huwaishah masih kafir, sedangkan Mahishah telah memeluk islam. Huwaishah adalah pemimpin kaumnya, dan diantara dia dengan Bani Quraizhah terjalin hubungan persahabatan. Pemuka Bani Quraizhah sering mengunjungi mereka dengan membawa hadiah dan pemberian). Huwaishah menghardiknya,”Hei Mahishah, alangkah keras hatimu, mengapa engkau tega membunuhnya?, demi ALLAH,daging yang membungkus tulangmu adalah dari harta dan makanannya”. Mahishah dengan tegas menjawab,”Sungguh aku telah diperintahkan untuk membunuhnya oleh seseorang yang sekiranya aku diperintahkan untuk membunuhmu, pasti aku akan membunuhmu. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam telah memerintahkan aku untuk membunuhnya!”.
Dua penggal kisah diatas cukup memberi gambaran kepada kita akan makna persaudaraan yang sesungguhnya, yaitu persaudaraan dalam naungan islam seperti yang diucapkan Mush’ab bin Umair radhiyallahu anhu, seorang shahabat mulia, Da’i dan duta dakwah Rasulullah pertama di Madinah. Persaudaraan inilah yang memiliki bagian dari AL-WALA yaitu kecintaan, kesetiaan dan pembelaan, sebab seorang yang kafir tidak berhak baginya diberikan AL-WALA walaupun dia itu saudara senasab yang ada hubungan darah, yang layak bagi seorang kafir adalah AL-BARO`, yaitu perlepasan diri & permusuhan.
Banyak nash-nash hadits yang menyebutkan kata “akh” berarti saudara seiman (walaupun ada pula yang berarti saudara senasab). Dan seringkali didalam hadits-hadits tatkala menerangkan tentang keimanan dan mu’amalah, penyebutan kata “Akh” mengandung arti “saudara seiman”, seperti hadits :
وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Dan ALLAH akan senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya…” (HR.Muslim No.4867).
Kata SAUDARANYA dalam hadits diatas adalah saudara seiman yang sama-sama dalam islam.
PERSAUDARAAN ISLAM DAN KONDISI UMMAT KITA….
Ikatan persaudaraan dalam naungan keislaman hari ini kian pupus, yang berarti pula pupus pulalah sikap AL-WALA kepada saudaranya seagama. Hal ini terjadi seiring dengan tipu-daya dan makar orang-orang kafir yang mereka lancarkan atas kaum muslimin, karena mereka mengerti benar bahwa selama ikatan persaudaraan ini masih terjalin kuat, maka mereka tidak akan dengan mudah mengalahkan pertempuran melawan muslimin dan menguasai negeri-negerinya.
Oleh sebab itu, tatkala musuh-musuh ALLAH melihat bahwa ikatan ini tidak mungkin dapat dikalahkan, dan pertalian ini tidak mungkin dapat diputuskan, serta bahwa shillah billah (Hubungan yang dilandasi agama ALLAH) tidak mungkin dapat ditundukkan, maka mereka berfikir keras untuk dapat menempuhnya dengan cara lain, dan didapatlah bahwa cara itu adalah nasionalisme dan kesukuan. Mereka kemudian membuat makar untuk menggoalkan gagasan busuk ini seperti ucapan Candle berikut ini, “ Negeri Islam yang membentang luas ke seluruh penjuru dunia ini semuanya shalat 5x sehari semalam menghadap satu kiblat. Mereka dikumpulkan oleh satu kalimat. Maka bagaimana kita dapat mengalahkan negeri ini?... Maka dari itu negeri-negeri tersebut harus dipecah-pecah terlebih dahulu dan dipisahkan”.
Ya, negeri-negeri islam dikotak-kotak menjadi Negara-negara kecil yang berdaulat agar mereka memiliki fanatisme terhadap negaranya lalu melupakan wajibnya memiliki Khilafah islam dan jalinan persaudaraan islam yang menembus tapal batas semua perbedaan kecuali bendera islam. Agar orang-orang islam tidak lagi merasa terikat dengan naungan khilafah kepemimpinan islam raya diseluruh dunia, sehingga bila ada bagian dari negeri islam dicabik-cabik maka negeri yang lain tidak tersisa lagi kepedulian karena tidak lagi merasa memiliki sebab sudah teracuni fanatisme nasionalisme negaranya. Inilah yang kemudian ditanamkan dan dipropagandakan oleh dunia barat yang hari ini tidak banyak disadari oleh sebagian besar ummat ini (kecuali yang ALLAH rahmati).
Disisi lain untuk bisa mengalahkan orang-orang mukmin adalah dengan meracuni mereka dengan pemikiran-pemikiran rusak tentang islam. Mereka sadar betul bahwa orang-orang islam sangat yakin akan tetap terpeliharanya al-Qur`an yang ada ditangan-tangan mereka, maka tentu bukan perkara gampang untuk bisa merubah tulisan al-Qur`an itu sendiri, maka merekapun berusaha untuk merubahnya dari sisi yang lain, yaitu merubah pemahamannya dan aqidahnya.
Maka tatkala tentara salib mengalami kekalahan menghadapi pasukan islam dan Raja Louis IX ditawan di negeri Ibnu Luqman di Manshurah, ia berfikir keras selama dalam tahanannya. Ia berfikir : “bagaimana mungkin bangsa yang sederhana dan berpenduduk sedikit ini dapat memukul mundur dan mengalahkan pasukan salibis yang bersenjata lengkap dan berperisai…?”. Lalu Raja Louis IX berkata,”Tak mungkin bangsa ini dapat dikalahkan selama aqidah islam masih kuat melekat dalam hatinya, meresap didalam kalbunya, dan mengalir dalam urat nadinya !”.
Maka kemudian Raja Louis IX berpesan kepada Negara-negara eropa : “Kalian tidak mungkin dapat mengalahkan di medan peperangan. Kalian harus mengalahkan mereka terlebih dahulu di medan pemikiran. Setelah itu akan mudah kalian menguasai mereka. Dan mereka adalah kaum yang sangat berhati-hati terhadap bius-bius budaya kalian”.
Memang tepatlah apa yang dipesankan Raja Louis IX ini, ia mewanti-wanti kepada negeri-negeri barat untuk mencuci otak kaum muslimin dari islam terlebih dahulu dan menarik al-Qur`an serta kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH dari dalam hati kaum muslimin.
Sedangkan tabiat mereka tidak menerima kekosongan, oleh karena itu harus diisi dengan doktrin-doktrin yang baru. Contohnya adalah bangsa Mesir dan negeri-negeri arab, yang paling mungkin ditanamkan bagi mereka adalah “NASIONALISME ARAB”, inilah yang kemudian dengannya masyarakat islam terbius dan akhirnya menjadi jalan untuk memporakporandakan Khilafah Utsmaniyah di Turki, yang sebelumnya kaum memiliki pusat kendali yang mengurus urusan ummat di Turki, kini negeri-negeri arab mendahulukan fanatisme arabismenya dan digembar-gemborkan anti penjajahan, seolah-olah Berkuasanya Khilafah Utsmaniyah di turki adalah sebuah penjajahan, lalu negeri-negeri arab mulai melakukan pembangkangan dan persekongkolan layaknya orang-orang munafiq sehingga mereka ikut berperan pada tumbangnya menara islam di muka bumi saat itu pada tahun 1924 M.
Itulah sejarah, dan seiring dengan itu di belahan dunia islam tidak lagi memiliki Khilafah islam,.. tidak pula Negara islam yang menerapkan syariat islam dan membela hak-hak pemeluknya. Kaum muslimin di kuasai musuh, dan tanah-tanah islam dirampas. Islam dikotak-kotak pada Negara-negara kecil lalu diterapkan atasnya system kufur buatan musuh-musuh ALLAH dan tidak tersisa lagi kecemburuan akan islam atas nama pemerintah yang memiliki kekuatan.
Seperti itulah sebenarnya di negeri-negeri yang mayoritas muslimin termasuk di Indonesia. Penyelewengan LAA ILAAHA ILLALLAH dari arti yang sebenarnya lalu diganti dengan pemahaman sekuler, diterapkannya system perundang-undangan kufur sebagai ganti dari al-Qur`an dan as-Sunnah yang kemudian difahami oleh masyarakat dengan “Undang-undang positif” padahal berhukum dengannya adalah kekufuran, ditanamkannya nasionalisme dan fanatisme kebangsaan yang dengannya mencerabut universalitas islam dan sebagainya yang kesemuanya tidak banyak disadari oleh ummat ini, bahkan mereka merasa tidak bersalah. Dan ketika kesadaran untuk mengembalikan kemurnian Tauhid yang dengannya para Rasul diutus, atau kesadaran untuk memberikan pembelaan atas nasib saudaranya di belahan negeri yang lain, mereka tidak dapat berdaya karena system kekufuran sudah amat mencengkram diseluruh lini dan sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Yang terjadi ketika ada kesadaran “untuk kembali kepada islam” adalah keterasingan dari masyarakat, stigma buruk dari pemerintah, ancaman dan hukuman bagi penyeru al-Haq,.. yang berarti system kufur semakin kokoh dan tercabik-cabiknya kehormatan kaum muslimin semakin menjadi-jadi. Belum lagi luka yang satu terobati sudah tergores luka-luka baru dari ummat ini, tempat suci Masjidil-Aqsha yang dirampas yahudi, pembantaian ummat islam di palestina dan pengusirannya, mengalirnya darah-darah muslimin di irak, cheshnya, Kasymir, Rohingya di Srilangka, Moro di Philiphina, Pattani di Thailand, di Burma, Somalia, Tajikistan, Xinjiang china, dan lain-lain, adakah sebuah Negara memberikan pertolongan dan pembelaan yang berarti?.... tidak ada ! walau dari negara yang mengkleim muslim sekalipun !.... Hasbunallahu wani’mal- Wakiil….!
Inilah kondisi kita hari ini, tidak memiliki satupun daulah islam yang berdaulat menerapkan syariat islam dan membela hak-hak pemeluknya,.. tidak ada khilafah islamiyah yang menjadi pusat kendali muslimin diseluruh dunia yang akan menjaga kehormatan Dien ini dan pemeluknya dari penistaan dan penodaan… tidak ada pasukan islam yang bisa dikirim dengan gagah berani untuk memberikan pertolongan bagi saudaranya dibelahan bumi…. Tidak ada satu pemerintahanpun yang penguasanya memberikan perlindungan bagi para pembela syariat dan tempat berlindungnya kaum muslimin yang terusir dari negerinya…. Masihkah ini tidak disadari oleh ummat ini?...
Tetapi walaupun demikian,...segala puji bagi ALLAH,… karena ditengah-tengah ujian yang menimpa, sedikit-banyaknya sudah nampak kesadaran dan kebangkitan dari ummat ini, bermunculannya kelompok-kelompok kecil di beberapa negeri yang dengan tulus mempersembahkan harta dan jiwanya untuk berkhidmat demi tegaknya agama ALLAH… Mereka orang-orang yang hatinya dipenuhi cahaya ilaahi dan jiwanya bersinar dengan al-Qur`an… Keridhaan ALLAH adalah tujuannya,.. dan dunianya mereka tinggalkan. Mereka orang-orang yang memiliki harga diri dengan islam yang mereka anut !. …Mereka sadar bahwa kehadirannya tidaklah dibiarkan begitu saja oleh musuh-musuh ALLAH, oleh sebab itu mereka berazam untuk tetap kokoh diatas jalan ini dan tidak peduli dengan celaan para pencela.. .dan sejak awal melangkah mereka sudah dan selalu menyiapkan diri untuk suatu saat mempersembahkan pengorbanan yang termahal demi tugas suci ini setelah pengorbanan-pengorbanan sebelumnya.
Dan sebenarnya ini adalah tugas semua muslimin di seluruh permukaan bumi, termasuk anda… semoga anda pun memberikan andil dan menyiapkan diri untuk tugas suci ini.
Wallahu a’lam.
*** Disarikan dari buku Tarbiyah Jihadiyah- seri 6- hal 42, Dr.Abdullah Azzam Rahimahullah – pustaka al-Alaq, solo.
Label:
Aqiedah
hemmm... biusnya sudah masuk dengan sangat... obatnya mesti di masukan dengan sedikit...
BalasHapusHarus dengan penuh kesabaran....dan tetap memohon pertolongan Alloh SWT
BalasHapus