Nilai Amal Yang Ikhlas Karena ALLAH

*** Edisi Selasa, 13 Dzul qo'dah 1432 H

Kisah ini diceritakan oleh Rasulullah shollallahu alaihi wasallam tentang tiga orang lelaki yang melakukan perjalanan dan terjebak didalam gua. Saat mereka bertiga ditengah perjalanan itulah mereka terpaksa bernaung di sebuah gua untuk bermalam, namun tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari gunung lalu menutup lubang gua itu sehingga mereka terjebak didalamnya tidak bisa keluar.

Mereka berkata bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka dari batu besar ini kecuali mereka berdoa kepada Allah Ta'ala dengan menyebutkan amal perbuatan yang mereka lakukan dengan ikhlash karena ALLAH. Maka mereka berfikir mengingat-ingat amalan apakah yang dirasa paling baik dan benar-benar ikhlash dilakukan karena ALLAH.

Lalu seorang dari mereka berkata: "Ya Allah, aku mempunyai kedua orang tua yang sudah tua renta dan aku tidak pernah memberikan minum susu kepada siapapun sebelum keduanya itu, baik kepada anggota keluarga ataupun kepada hamba sahaya. Pada suatu hari aku mencari kayu ketempat yang jauh dan aku tidak pulang kepada kedua orang tuaku kecuali mereka telah tertidur.

Sesampai dirumah akupun memerah susu untuk keduanya, ternyata aku dapatkan kedua orang tuaku telah tidur, namun aku enggan untuk membangunkan mereka begitupula akupun tidak mau memberikan susu kepada seorangpun sebelum keduanya baik kepada anggota keluargaku atau hamba sahaya. Aku tetap dalam keadaan seperti itu menantikan mereka bangun dari tidurnya, sedang gelas itu masih tetap di tanganku, hingga fajarpun menyingsing pertanda waktu shubuh, sedang didekat kedua kakiku anak-anak kecil menangis karena lapar yang menyebabkan kedua orangtuaku terbangun dari tidurnya, saat itu barulah mereka meminum susu itu”.

Lelaki ini berdo’a, “Ya Allah, jikalau apa yang aku kerjakan itu benar-benar ikhlash mengharapkan wajah-Mu semata, maka lapanglah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutup ini."

Maka tiba-tiba batu besar itu membuka sedikit, tetapi mereka belum dapat keluar dari gua.

Lelaki yang kedua berkata: "Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai saudari sepupu, seorang wanita anak pamanku, dia orang yang paling kucintai dari sekalian manusia . Kemudian aku menginginkan dirinya, tetapi ia menolak keinginanku itu, sehingga pada suatu hari ia mendapatkan kesulitan hidup ditahun-tahun paceklik, Lalu iapun mendatangi tempatku, lalu aku memberikan uang 120 dinar padanya tetapi dengan syarat ia mau berduaan denganku memenuhi keinginanku. Akhirnya dia mau menerima syarat itu dengan sangat terpaksa. Namun tatkala aku dapat menguasai dirinya, sepupuku itu berkata: "Takutlah engkau kepada Allah dan janganlah engkau membuka cincin kegadisan kecuali dengan haknya !”.

Lalu akupun meninggalkannya, sedangkan ia adalah orang yang amat kucintai dari seluruh manusia, sedang uang emas yang telah aku berikan padanya aku biarkan dimilikinya”.

Lelaki kedua ini lalu berdo’a: “Ya Allah,.. jikalau apa yang aku kerjakan ini benar-benar ikhlash mengharapkan wajah-Mu semata, maka lapangkanlah kesulitan yang sedang kami hadapi ini."

Maka batu besar itu kemudian membuka lagi, hanya saja mereka masih belum juga dapat keluar dari gua.

Kini tiba giliran orang yang ketiga, dia berkata: "Ya Allah, aku memperkerjakan beberapa buruh, semuanya telah kuberikan upahnya masing-masing kecuali seorang pekerja saja. Pekerja itu meninggalkan upahnya dan terus pergi. Lalu upahnya pekerja itu aku kembangkan sehingga ber-tambah banyaklah hartanya tadi.

Setelah beberapa waktu berlalu, pada suatu hari ia datang kepadaku lalu ia berkata: “Hai hamba Allah, tunaikanlah sekarang upahku yang dulu itu”. Aku berkata kepada pekerja itu: “Semua yang engkau lihat ini adalah berasal dari hasil upahmu itu, baik yang berupa unta, lembu dan kambing dan juga hamba sahaya, ambillah semua”

Ia berkata: “Hai hamba Allah, janganlah engkau memperolok-olokkan aku”.
“aku tidak memperolok-olokkan engkau” jawabku.

Kemudian pekerja itupun mengambil segala yang dimilikinya. Semuanya digiring dan tidak seekorpun yang ditinggalkan olehnya”.

Lalu lelaki ketiga ini berdo’a: “Ya Allah… jikalau apa yang aku kerjakan ini semata-mata ikhlash untuk mengharapkan wajah-Mu, maka lapangkanlah kami dari kesulitan yang sedang kami hadapi ini."

Maka tiba-tiba batu besar itupun membuka lagi dan kini merekapun dapat keluar dari gua dengan perasaan syukur dan bahagia.

Alhamdulillah….

** Disarikan dari makna hadits muttafaq ‘alaih dari kitab Riyadhush-shalihin ,karya Imam Nawawi, Bab. Ikhlash.