Peduli, Nilai Persaudaraan
Written By Al-ghuraba on Rabu, 07 Maret 2012 | Rabu, Maret 07, 2012
*** Edisi Selasa, 13 Rabi’ul akhir 1433 H.
“Akhi, mana pakaian antum yang kotor, biar saya cucikan, kan antum masih sakit”…. “Gak perlu akh, biar saja nanti saya yang mencucinya, saya masih bisa mencuci kok”…. “Tidak mengapa, biarlah antum istirahat yang cukup agar lekas sembuh”.
......
Dialog sederhana diatas bisa jadi sudah menjadi barang langka dikalangan orang-orang mukmin hari ini, yaitu kepedulian yang dilandasi oleh kesatuan aqidah dan persaudaraan dalam islam, terutama dikalangan para pemuda atau pemudi dengan derasnya daya-tiru mereka mengikuti gaya hidup orang kafir.
Mungkin bagi sebagian orang perilaku menawarkan diri untuk memberikan bantuan seperti dialog diatas adalah sesuatu yang tabu dan hina. … Betapa tidak, dia harus melakukan pekerjaan yang menjijikkan, mencuci pakaian orang lain yang notabene kotor dan bau apalagi umumnya pakaian orang sakit yang seringkali lebih bau dari pakaian orang sehat sebab sudah tercampur dengan obat-obatan atau air seni dan sejenisnya.
Namun bagi orang-orang yang memiliki keterpautan hati dan rasa cinta diantara mereka hal itu bukanlah perkara yang hina, bahkan ia merupakan ladang pahala dan upaya untuk semakin menjalin ikatan hati yang lebih erat diantara mereka.
Ibarat seorang ibu yang rela berpayah-payah untuk mengurus anaknya. Dia dengan tulus berkotor-kotor demi kenyamanan anaknya, mencebokinya, mencuci pakaiannya, merawatnya ketika sakitnya dan seterusnya yang semua itu lantaran rasa cintanya kepadanya, maka demikian pulalah gambaran itu seharusnya dimiliki oleh orang-orang mukmin pada umumnya dan para aktifis dakwah dan jihad pada khususnya, dengan bermodalkan rasa cinta dan persaudaraan islam hendaknya ia rela berpayah-payah untuk memberikan bantuan dan pertolongan yang mampu ia lakukan lantaran cinta kasihnya kepada saudaranya seiman. Memiliki kepedulian dan perhatian sebagai nilai persaudaraan islam yang diajarkan agamanya, adapun jika dia tidak mau berpayah-payah dalam menolong saudaranya dan tidak memiliki rasa peduli disaat saudaranya sangat memerlukannya maka persaudaraan islam yang didengungkannya hanyalah isapan jempol semata.
Persaudaraan islam yang ditunjukkan oleh Dien kita tentunya lebih tinggi dari hanya sekedar menawarkan diri untuk memberikan bantuan sederhana seperti dialog diatas, sebab persaudaraan islam diantara orang-orang beriman sampai kepada batas sanggupnya seseorang mengorbankan apapun untuk menolong saudaranya, termasuk nyawanya. Namun demikian, contoh diatas bukan sesuatu yang sepele dalam ukuran nilai persaudaraan, sebab persaudaraan akan tumbuh jika ada kecintaan,… dan kecintaan akan muncul jika ada kebersamaan hati dalam merasakan pahitnya derita dan kepedulian untuk memberikan pertolongan sedapat yang ia mampu. Dan begitu pula bahwa sesungguhnya pengorbanan yang besar tidak bisa ia wujudkan bila perkara yang sederhana saja tidak mampu melakukannya.
Kepedulian dan rasa empati yang tinggi disaat-saat sulit dan kritis akan membuahkan kesan yang mendalam dalam hati saudaranya yang ditolong itu yang kemudian melahirkan rasa cinta kasih.
Dan memang demikianlah adanya, seseorang akan sangat terkesan kepada orang yang memperhatikanya disaat kesulitan menghimpitnya…. siapapun dia yang datang itu, dimatanya orang yang datang menolongnya merupakan sosok mulia yang tulus mencintainya. Untuk alasan inilah mengapa orang-orang kafir (baik secara pribadi maupun terorganisir) berlomba-lomba memberikan bantuan kemanusiaan kepada orang-orang yang terkena bencana, sebab secara manusiawi kecintaan akan tumbuh kepada orang yang memberikan bantuan disaat-saat sulit untuk kemudian setelah itu mereka menawarkan misi kekufurannya.
Sungguh kebersamaan hati disaat sulit akan menyemai cinta-kasih, sebab berarti ada rasa peduli dan ikatan hati diantara mereka. Inilah yang hari ini menjadi semakin pupus dikalangan ummat ini, termasuk para aktifis dakwah walaupun mereka getol menyuarakan seruan tauhid dan tegaknya syariah. Masing-masing diantara mereka lebih fasih menyampaikannya secara teori tetapi merasa enggan untuk menempuhnya dalam wujud nyata (kecuali yang ALLAH rahmati).
Tidakkah kita menengok kembali bagaimana sosok Abu Bakr ash-shiddieq yang tidak peduli dengan kedudukannya sebagai khalifah saat ia masih melanjutkan rutinitasnya mememerahkan susu bagi keluarga faqir di pinggiran Madinah ?... Sungguh ketawadluan yang luar biasa, mungkin orang-orang akan menyangka ia akan memberhentikan rutinitasnya setelah ia menjabat sebagai khalifah kaum muslimin, sebab secara nalar “harga diri” hal itu merupakan aktifitas hina yang mencoreng kedudukannya sebagai pemimpin dan kepala Negara. Namun tidak demikian dengan Abu Bakr ash-shiddieq, ia justru merasa tentram hatinya dengan tetap melanjutkan rutinitas itu bahkan ia kini lebih merasa bertanggungjawab untuk semakin memperhatikan orang lemah yang dalam kekuasaannya. Ia biasa mengunjungi rumah-rumah orang-orang faqir dan rumah para janda yang suaminya gugur sebagai syuhada di kancah jihad.
Suatu hari ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam di suatu rumah di pinggiran Madinah itu, seorang gadis kecil membukakan pintu lalu ketika terlihat orang didepannya si anak berteriak, “tukang perah susu kita wahai ibu !”. Ibunya bergegas datang untuk melihat, demi dilihatnya yang datang adalah Abu Bakr ash-shiddieq iapun berkata kepada anaknya “Hush, hai dungu, kenapa tidak kamu sebut Khalifah Rasulullah” hardik wanita tua itu. Ia meminta maaf dan malu dengan ucapan anaknya.
Namun segera Abu Bakr ash-shiddieq memberikan rasa nyaman, “biarkanlah dia, sungguh ia telah memanggil nama saya dengan pekerjaan yang paling saya sukai karena ALLAH !”. …..Subhaanallah, Ketawadluan yang muncul dari keimanan yang dalam. Iapun segera memerahkan susu domba untuk keluarga itu.
Inilah persaudaraan... inilah bukti wujudnya rasa cinta kepada saudaranya... Sifat tawadlu yang merupakan cerminan jiwa yang bersih telah menghantarkan Abu Bakr ash-shiddieq menjadi orang yang lebih suka untuk memberi daripada diberi… lebih suka untuk mengunjungi daripada dikunjungi… dan lebih suka untuk melayani daripada dilayani, dan semua ini merupakan sarana untuk memupuk kecintaan sesama orang-orang mukmin.
Adapun rasa ego dan keangkuhan biasanya akan menyelimuti seseorang hingga dia tidak merasa tergerak hatinya untuk memberikan perhatian dan kepedulian dengan apa yang menimpa saudaranya. Dan ini yang merusak jalinan cinta kasih dan persaudaraan dalam islam.
Begitulah kaitan kecintaan dan persaudaraan. Ia berkaitan erat satu sama lain. Tidak ada kecintaan tanpa persaudaraan… dan tidak ada persaudaraan tanpa kecintaan. Seorang mukmin dituntut untuk mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah shollallahu alaihi wasallam “Tidak beriman salah-seorang dari kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”. Dan tentulah pesan Nabi ini tidaklah cukup hanya dijadikan slogan semata, tetapi ia perlu bukti dan wujudnya dialam nyata.
Setiap mukmin harus menempuh cara agar dia memiliki bukti dihadapan ALLAH bahwa ia mencintai saudara seiman lebih dari hanya sekedar persahabatan dan pertemanan biasa. Sebab sesungguhnya persaudaraan dalam islam merupakan bagian dari syariat ALLAH Ta’ala,,,, dan orang-orang yang saling berkasih-sayang karena ALLAH mendapatkan kedudukan istimewa disisi ALLAH yang mana para syuhada saja merasa iri dengan kedudukan tersebut.
Dan sesungguhnya untuk senantiasa menjalin persaudaraan yang baik haruslah ada kebersamaan. Kebersamaan hati untuk sama-sama merasakan pahitnya derita saudaranya , inilah yang akan menjadikan hati menjadi saling terpaut satu sama lain. Dan ketahuilah,... bahwa kebersamaan disaat duka lebih membekas pada jiwa daripada kebersamaan dalam suka. Sebab kebersamaan dalam duka merupakan cerminan tulusnya kecintaan, kebersihan hati dan kebesaran jiwa… sedangkan kebersamaan dalam suka (kalau tidak hati-hati) lebih cenderung bermotif duniawi atau bahkan kotornya hati.
Wallahu a’lam.
Label:
taushiah
KABAR BAIK BERITA BAIK
BalasHapusHalo semuanya, saya SUWANDI dari Indonesia. Saya menyarankan Anda semua di sini untuk tidak mengajukan pinjaman di mana-mana untuk perusahaan atau pemberi pinjaman di halaman web ini, sebagian besar perusahaan di sini adalah palsu, curang dan penipuan, dan juga beberapa kesaksian di sini salah mereka adalah orang yang sama. Karena itu, berhati-hatilah untuk tidak menjadi mitra mangsa Indonesia. Saya ditipu empat kali sekitar Rp 200.000.000 untuk biaya pendaftaran, biaya transfer, bea masuk dan biaya asuransi, setelah pembayaran ini saya tidak mendapatkan pinjaman, tetapi mereka meminta saya untuk membayar lagi dan lagi. Ini akan menarik Anda untuk Mengetahui ada undang-undang tentang pembiayaan hukum atau aturan boardings ini dalam memperoleh pinjaman dari setiap hukum pemberi pinjaman atau perusahaan. Saya bersyukur bahwa saya menerima pinjaman cepat sebesar $ 250.000 dari sebuah perusahaan yang teman saya Achmad Halima telah perkenalkan. Perusahaan pinjaman yang benar dan dapat dipercaya (ALEXANDER ROBERT). Mereka sekarang adalah perusahaan terbesar di AS, Eropa, dan di seluruh Asia. Misi dan komitmen Anda kepada Alexander's Loan Company didedikasikan untuk memudahkan impian Anda dan membantu kita semua yang telah ditipu dan ditipu dalam proses mendapatkan pinjaman segera, memberi Anda keramahan kelas dunia. Perusahaan Pinjaman Alexander atau pemberi pinjaman tahu apa yang harus ada di sepatu Anda dan mereka berusaha keras untuk tidak melupakan perasaan itu. Mereka akan mendapatkan kepercayaan Anda dengan menyampaikan kepada Anda informasi yang perlu Anda ketahui, jika Anda perlu tahu dan hak untuk menawarkan pinjaman (pedagang atau pinjaman pribadi) dan layanan keuangan.
Saya sangat berbakti untuk membantu negara saya mendapatkan pinjaman terhadap penipuan dan segera, email saya adalah (suwandirobby01@gmail.com) atau (achmadhalima@gmail.com)
Hubungi saya atau (alexanderrobertloan@gmail.com) untuk informasi lebih lanjut, saya bersedia membantu. Tuhan memberkati kalian semua.