Headlines News :
'
Home » » Shafiyyah, wanita yang agung

Shafiyyah, wanita yang agung

Written By Al-ghuraba on Selasa, 08 Maret 2011 | Selasa, Maret 08, 2011

*** Edisi Selasa, 3 Rabi'ul akhir 1432 H

Shafiyyah Radhiyallâhu 'anhâ yang agung, begitulah sebutan yang layak untuknya. Ia memang layak dengan sebutan ini, sebab ia seorang wanita yang benar-benar memiliki kepribadian yang agung setelah cahaya islam menerangi relung hatinya.

Pada masa jahiliyah, Shafiyyah Radhiyallâhu 'anhâ adalah seorang wanita dari kalangan keluarga terhormat… dan dengan keislamannya dan keteguhannya dalam keimanan ia semakin terhormat dan mulia dimata Rasûlullâh Shollallâhu ´alaihi wasallam dan dikalangan para shahabat.

Ia adalah Shafiyyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasûlullâh Shollallâhu ´alaihi wasallam dari jalur ayah. Ia juga saudara kandung Hamzah bin Abdul muthalib paman Nabi yang tangguh dalam peperangan sehingga terkenal dengan julukan Asadullâh, sang singa ALLÂH. Sekilas dengan silsilah ini saja kita bisa menebak sejauh mana kepribadiannya. Kalaulah Hamzah yang merupakan saudaranya saja dijuluki dengan singa ALLÂH, maka saudarinya tentu tidak akan jauh berbeda.

Ketika Rasûlullâh mendakwahkan Tauhid di awal-awal dakwah islam, Shafiyyah diantara orang-orang yang menyambut seruan ini. Saat turun perintah untuk memberi peringatan kepada kaum kerabat dan keluarganya, Rasûlullâh Shollallâhu ´alaihi wasallam mengumpulkaan segenap keluarganya lalu bersabda, "Wahai Fathimah binti Muhammad, wahai Shafiyyah binti Abdul Muthalib, wahai Bani Abdul Muthalib, aku tidak dapat membela kalian sedikitpun dihadapan ALLÂH , adapun mengenai harta, silakan minta dariku sesuka hatimu". Maka cahaya islam menembus relung hati Shafiyyah. Iapun memeluk islam dan berserah diri kepada ALLÂH Azza wa Jalla, sedang puteranya az-Zubair, telah masuk islam sebelumnya.

Bermula dari sinilah kepribadiannya yang agung nampak dari dirinya. Keimanan yang bersemayam dalam jiwanya mampu menhantarkannya menjadi wanita shahabiyah yang terhormat dan disegani dikalangan para wanita kala itu. Sungguh ia telah menorehkan sejarah dengan keimanannya,.. dengan kesabarannya,.. dengan ketegarannya… dengan keberaniannya,. dan dengan keagungannya sebagai seorang ibu pendidik bagi puteranya.

Setelah suami pertamanya meninggal, ia dinikah oleh al-Awwam bin khuwailid, saudara kandung Khadijah binti Khuwailid isteri pertama Rasûlullâh Shollallâhu ´alaihi wasallam. Dari pernikahan dengan al-Awwam lahirlah Zubair bin al-Awwam, seorang shahabat mulia dari as-sabiqunal awwalun yang pertama-tama masuk islam. Dan taqdir ALLÂH menimpa keluarga ini dengan meninggalnya al-Awwam, sehingga Shafiyyah sekarang harus mendidik dan membesarkan puteranya tanpa kehadiran suami disampingnya.

Saat ini dengan cahaya islam yang sudah menerangi relung hatinya, ia tetap bersemangat untuk menjalani sisa hidupnya bersama anaknya. Ia bahkan memberikan pendidikan yang cemerlang bagi anaknya. Ia sadar bahwa ia memiliki peluang besar untuk bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang besar dengan kegigihannya. Didikan dan tempaannya sebagai seorang ibu terhadap anaknya laksana sekolah dan perguruan tinggi bahkan camp pelatihan prajurit.

Sejak kecil, Zubair mendapat tempaan didikan yang keras dari sang ibu. Kedisiplinan dan keberanian senantiasa ditanamkan oleh Shafiyyah kepada puteranya ini. Akhlaq perangai mulia tak luput dari pelajaran yang diberikannya. Walau naluri kasih sayang seorang ibu kepada anaknya mengalir dalam darahnya, namun tidak menjadikannya lalai dari pendidikan keras dalam kejuangan dan sifat kesatria yang ia bekalkan kepada Zubair anaknya. Sebab ia benar-benar mengetahui arti kemuliaan dan keagungan agama islam yang dianutnya. Dien yang ALLÂH turunkan dari langit dengan kesucian dan ketinggiannya. Ia memahami benar bahwa Dien yang suci ini tidak akan dibiarkan begitu saja oleh manusia pengikut syaithan dan hawanafsu. Dien ini akan mendapat ujian permusuhan dari musuh-musuhnya dalam bentuk fisik agar Dien ini menjadi lemah dan tidak tersebar dimuka bumi, sedang ia menginginkan bahwa Dien islam menerangi cakrawala alam semesta dan Tauhid tersebar diantara umat manusia sebab begitulah yang diperintahkan ALLÂH kepada Rasul-Nya.

Jalan berfikir yang jernih dan langkah yang prima yang telah diambil oleh Shafiyyah, dengan kesadaran akan kemuliaan Dienul-Islam inilah ia bercita-cita menjadikan anaknya menjadi pahlawan islam dan pendekar al-Haq dalam menumpas kebathilan dimuka bumi. Ia menginginkan untuk bisa memberikan andil yang besar bagi agama ALLÂH dan mempersembahkan yang terbaik bagi Rasul-Nya.

Dan hasilnya,…. Kita bisa melihat sendiri, bahwa Zubair bin al-awwam anaknya, menjadi pahlawan kebenaran yang diharapkannya. Zubair menjadi pembela dan penolong Nabi Shollallâhu ´alaihi wasallam dalam tugas-tugas penting dan berbahaya dan semua tugas yang diembannya dapat dengan baik dilaksanakan. Pantaslah julukan yang disematkan kepadanya sebagai HAWAARIR-ROSUL,.. penolong Rasul, dan begitulah predikat istimewa yang diberikan oleh Nabi Shollallâhu ´alaihi wasallam kepadanya. Az-Zubair seorang diantara 10 orang yang diberi kabar gembira dengan surga, ia juga seorang dari 6 orang dewan syura ketika pemilihan khalifah sepeninggal umar bin khattab Radhiyallâhu 'anh , dan az-Zubair putera Shafiyyah adalah lelaki pertama yang menghunuskan pedangnya dalam islam disaat usianya yang masih belia, 16 tahun. Bahkan dalam suatu riwayat di usia 12 tahun ia sudah menghunus pedangnya di mekah untuk melindungi Nabi Shollallâhu ´alaihi wasallam dari perlakuan buruk orang-orang quraisy. Saat Nabi melihatnya seperti itu beliau bertanya,"ada apa kamu?", maka zubair menjawab, "aku mendengar bahwa engkau akan ditangkap, dan aku akan menebas orang yang akan menangkap anda".

Tak disangsikan lagi bahwa keberanian dan kepahlawanan Zubair tidak lepas dari tempaan didikan Shafiyyah yang keras dimasa kecilnya. Shafiyyah mengajarkan kepada putranya yang kala itu masih kecil untuk lihai dalam menunggang kuda dan menggunakan senjata. Shafiyyah juga memfokuskan pelatihan agar anaknya ulung dalam memanah dan memperbaiki busur. Ibu ini tidak segan-segan untuk memberikan tugas-tugas yang beresiko tinggi dan berbahaya kepada anaknya.

Jika ia melihat anaknya enggan maju atau ragu, maka Shafiyyah akan memukulnya dengan keras. Suatu hari Shafiyyah pernah memukul zubair dalam didikannya itu, yang kemudian ditegur oleh beberapa paman Shafiyyah, "bukan seperti itu cara mendidik dan memukul anak. Pukulanmu lebih mirip dengan pukulan orang yang marah, bukan pukulan seorang ibu yang mendidik".

Tapi Shafiyyah menjawabnya dengan tegas,"siapa yang menganggapku memukulnya karena marah, maka anggapannya itu salah... Aku memukulnya demi membuatnya semakin mengerti, agar kelak ia tidak pernah gentar menghancurkan musuh dan bisa pulang dari medan perang dengan kemenangan"…. Subhaanallah…

Tak mengherankan jika kemudian az-zubair putera Shafiyyah ini menjadi pahlawan islam yang handal dalam setiap peperangan yang diikutinya. Tugas-tugas dari Rasûlullâh yang beresiko dan memerlukan keberanian (selain skill),ia tampil untuk menyelesaikannya. Dalam peristiwa perang Uhud ia gigih melindungi Nabi Shollallâhu ´alaihi wasallam dan bertempur habis-habisan, sehingga Nabi bersabda memuji pengorbanannya,"sesungguhnya pada setiap Nabi memiliki para penolong, dan penolongku adalah az-zubair"

KETEGARAN SHAFIYYAH DAN KEBERANIANNYA

Dalam peristiwa perang uhud, ia salahseorang diantara para shahabat wanita yang ikut bersama pasukan muslimin, sedang usianya kala itu sekitar 53 tahun. Ia bersama para mujahidah dari kalangan shahabat wanita bertugas membawakan air dan memberikannya kepada pasukan yang kehausan. Selain itu, perannya adalah mempersiapkan panah-panah dan menjadi tenaga medis mengobati mujahidin yang terluka.

Disaat-saat porakporandanya barisan muslimin dan gugurnya 70 mujahid sebagai syuhada, ia teruji keimanannya. Sebab saudaranya yang amat dicintainya, Hamzah bin Abdul Muthalib sang singa ALLÂH diantara yang gugur itu, bahkan jasad Hamzah Radhiyallâhu 'anh dirusak, perutnya dirobek hatinya dicerabut oleh Hindun yang kala itu masih musyrik.

Rasûlullâh menyuruh Zubair untuk memberitahu ibunya agar menyingkir dari arena pertempuran, agar tidak menyaksikan jasad Hamzah yang gugur dengan kondisinya yang mengenaskan. … Tetapi,..Bukan Shafiyyah namanya kalau ia tidak mampu bersabar dan tegar dengan musibah seperti ini. Dalam kejadian ini ia menjadi teladan bagi para wanita dalam ketegarannya sebagai mukminah sejati dan mujahidah fii sabiilillah. Ia berkata, "memangnya kenapa?.. aku telah menerima kabar bahwa saudaraku telah gugur dan tubuhnya dirusak.... Ketahuilah, bagiku hal itu adalah terlalu ringan selama dipersembahkan di jalan ALLÂH. Kami dapat menerima dengan lapang dada semua kejadian ini… sampaikanlah kepada Rasûlullâh Shollallâhu ´alaihi wasallam bahwa aku akan tetap tabah dan sabar,..insya ALLÂH".

Rasûlullâh akhirnya mengijinkan Shafiyyah tetap ditempatnya dan setelah itu ia menyaksikan sendiri jasad saudaranya, sang singa ALLÂH .. iapun ikut mensholatkannya dan mendo'akannya.

Shafiyyah Radhiyallâhu 'anhâ tidak kenal lelah untuk berkorban demi islam yang dicintainya. Saat peperangan Ahzab berlangsung dan kaum muslimin dikepung oleh pasukan ahzab, kaum Yahudi bani quraizhah berkhianat dengan bersekongkol untuk menghantam kaum muslimin dari arah belakang. Kabar pengkhianatan itupun sampai kepada Nabi Shollallâhu ´alaihi wasallam. Lalu beliau menawarkan diantara shahabat siapa diantara mereka yang sanggup untuk investigasi tentang berita ini. Dan tampillah az-Zubair putera Shafiyyah menyanggupi tugas besar ini, seraya berkata, "saya , wahai Rasûlullâh "..

Sedang saat pasukan muslimin menghadapi pasukan ahzab, Rasûlullâh menempatkan para wanita dan anak-anak dibenteng Hassan bin tsabit Radhiyallâhu 'anh. Shafiyyah waktu itu beserta mereka di usianya 55 tahun. Ditengah kegelapan malam datanglah seorang yahudi bani quraizhah hendak memata-matai barisan belakang kaum muslimin, si yahudi datang mengendap-endap didekat benteng yang ditempati para wanita.

Shafiyyah melihat gelagat ini, iapun menyuruh Hassan untuk membunuhnya, tapi Hassan tidak berani melakukannya, walau ia seorang lelaki dan dalam banyak kesempatan selalu mengobarkan semangat tempur dengan syairnya. Hingga akhirnya Shafiyyah sendiri yang mendekat si yahudi dan memukulnya dengan tongkat kayu penyanggah, hingga ia berhasil membunuh si yahudi. Dalam satu keterangan bahkan Shafiyyah menuturkan setelah berhasil membunuh si yahudi, ia melemparkan kepalanya diperkampungan yahudi bani quraizhah.

SAATNYA BERPISAH..

Di usia 70 tahun tepatnya di tahun 20 Hijriah, ibu kita dan teladan kita ini meninggalkan dunia yang fana ini. Walau demikian kesungguhannya... kegigihannya... keberaniannya... dan kesabarannya senantiasa dikenang sepanjang masa... Sungguh,.. kegigihannya dalam membela al-Haq dan didikan keras yang ia berikan kepada anaknya merupakan cerminan keberaniannya. Dialah wanita islam pertama yang membunuh orang musyrik. Dan cukuplah ini bukti akan keberaniannya.

Ia telah menorehkan catatan berharga untuk dijadikan renungan dan teladan bagi umat ini. Sosok seorang ibu teladan dalam mendidik dan menempa putera islam terbaik yang memiliki harga diri dan kemuliaan. Ia telah berhasil menjadi seorang ibu pendekar islam pembela setia Nabinya.. Sosok wanita yang tegar dan memiliki kelapangan jiwa yang luarbiasa yang menunjukkan kedalaman imannya dan kepandaiannya, ia telah lulus dari setiap ujian yang menimpanya yang menjadikan namanya semerbak harum dikalangan pengikut Nabi yang setia sampai hari qiyamat.

Semoga ALLÂH meridhainya... dan menempatkannya di surga abadi dalam limpahan kasih sayang-Nya,.. dan kita menjadi kader-kader yang meneruskan cita-cita dan sifat agung yang dimilikinya... Aamiin.

*** Wallahu a'lam.

Disarikan dari :

  • Siyar a'lâm annubalâ, - Imam adz-dzahabi.
  • 35 Sirah Shahabiyah - / Mahmud al-mishri/ al-i'tisham-jakarta.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Al-ghuraba - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template