KESAHAJAAN SINAR KEBESARAN JIWA
Written By Al-ghuraba on Selasa, 06 Desember 2011 | Selasa, Desember 06, 2011
*** Edisi Selasa, 11 Muharram 1433 H
Awal pernikahan biasanya saat-saat yang indah, saat dimana masing-masing pasangan menumpahkan segala rasa kasih cintanya, sehingga tak heran jika masing-masing ingin memberikan rasa bahagia kepada pasangannya, memberi… dan memenuhi apa saja yang diinginkan pasangannya sebagai wujud cinta diawal-awal rumahtangga yang dibangunnya. Pergi bersenang-senang, membeli perlengkapan dan perabotan dan lain-lain.
Tetapi tidak demikian dengan shahabat Nabi yang satu ini, Sa’id bin Amir radyiallahu anhu. Ia adalah sosok yang penuh dengan kesahajaaan dan kesederhanaan yang merupakan cerminan ketaqwaan dan kecintaanya kepada Rabbnya. Sifat mulia yang selalu menyertainya kapan saja dan dimana saja, tak terkecuali saat-saat pengantin yang dilaluinya.
Ketika itu ia dipilih Amirul-mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu anhu untuk menjabat gubernur di Syria. Jabatan yang sama sekali tidak diharapkan dan sangat ia takuti, apalagi Syria yang kala itu merupakan negeri makmur kedua setelah kota kufah di Irak. Negeri yang menjadi pusat perniagaan dan tempat yang indah untuk bersenang-senang.
“Tidak, demi ALLAH , saya tak hendak melepaskan anda !. Apakah tuan-tuan hendak membebaskan amanat dan khilafah diatas pundakku,.. lalu kalian meninggalkan daku ?” begitu Umar berucap kepada Sa’id, sebagai jawaban atas penolakan Sa’id yang menghindar dari penunjukkannya sebagai gubernur di Himsh, Syria.
Sa’id pun akhirnya dapat diyakinkan, dan memang kalau bukan Sa’id bin Amir yang dipilih, lalu siapa lagi ?. Sebab Umar akan memilih orang yang paling bertanggungjawab dengan tugasnya dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap islam dan kaum muslimin. Syria yang merupakan tempat yang makmur yang penuh ujian keimanan disisi lain, memerlukan sosok pemimpin yang tangguh untuk zuhud terhadap dunia dan wilayah yang dipimpinnya, dan Sa’id adalah pribadi yang layak untuk tugas itu.
Berangkatlah Sa’id yang mulia ini beserta istrinya yang saat itu masih menjalani masa-masa indah pengantin baru. Seorang wanita yang mempesona dengan kecantikannya yang berseri-seri. Amirul-Mukminin pun membekalinya harta secukupnya untuk bekal hidup di negeri baru itu.
Ketika mereka telah menempati Himsh, sang isteri bermaksud menggunakan haknya sebagai isteri untuk memanfaatkan harta yang telah diberikan Amirul-Mukminin sebagai bekal mereka. Diusulkannya kepada suaminya untuk membeli pakaian yang layak dan perlengkapan rumah-tangga, lalu menyimpan sisanya. Permintaan yang logis jika diperhatikan, apalagi diawal-awal rumahtangga yang dibangunnya… ditempat baru pula, mereka tentu memerlukan perabotan dan perlengkapan keluarga.
Tetapi Sa’id tidaklah berfikir demikian, iapun memberikan jawaban, “Maukah engkau aku tunjukkan yang lebih baik dari rencanamu itu ?. Kita berada dinegeri yang amat pesat perdagangannya dan laris barang jualannya. Maka lebih baik kita serahkan harta ini kepada seseorang yang akan mengambilnya sebagai modal dan akan memperkembangkannya… !”
“Bagaimana jika perdagangannya rugi ?” Tanya isterinya.
“Saya akan sediakan borg atau jaminan” Ujar Sa’id.
“Baiklah kalau begitu” kata isterinya pula.
Kemudian Sa’id pergi keluar, lalu membeli sebagian keperluan hidup dari jenis yang amat sangat bersahaja, dan sisanya (yang tentu ini yang lebih banyak) dibagi-bagikannya kepada faqir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya.
Hari-haripun berlalu, dan dari waktu ke waktu isteri Sa’id menanyakan kepada suaminya soal perdagangan mereka dan bilakah keuntungannya hendak dibagikan. Semua itu dijawab oleh Sa’id bahwa perdagangannya mereka berjalan lancar, sedang keuntungan bertambah banyak dan kiat meningkat.
Pada suatu hari isterinya mengajukan lagi pertanyaan serupa di hadapan seorang kerabat yang mengetahui duduk perkara yang sebenarnya. Sa’id pun tersenyum lalu tertawa yang menyebabkan timbulnya keraguan dan kecurigaan sang isteri. Didesaknyalah suaminya agar menceritakannya secara terus terang. Maka disampaikannya bahwa harta itu telah disedekahkannya sejak awal mula.
Wanita itupun menangis dan menyesali dirinya karena harta itu tak ada manfaatnya sedikitpun, karena tidak jadi dibelikan untuk keperluan hidup dirinya dan sekarang tak sedikitpun tertinggal sisanya.
Sa’id radhiyallahu anhu memandangi isterinya, sementara airmata penyesalan dan kesedihan isterinya telah menambah kecantikan dan pesonanya. Namun sebelum pandangan yang penuh godaan itu dapat mempengaruhi dirinya, Sa’id menujukan penglihatan bathinnya ke surga yang ALLAH janjikan, maka tampaklah disana kawan-kawannya yang telah pergi mendahuluinya, lalu ia berkata, “ Saya mempunyai kawan-kawan yang telah lebih dulu menemui ALLAH,…. Dan saya tak ingin menyimpang dari jalan mereka walau ditebus dengan dunia dan segala isinya…. !”
Dan karena ia khawatir akan tergoda oleh kecantikan isterinya itu, maka katanya pula yang seolah-olah dihadapkan kepada dirinya sendiri bersama isterinya : “Bukankah engkau tahu bahwa didalam surga itu banyak terdapat gadis-gadis cantik yang bermata jelita, hingga andainya seorang saja diantara mereka menampakkan wajahnya dimuka bumi, maka akan terang-benderanglah seluruh isinya, dan tentulah cahayanya akan mengalahkan sinar matahari dan bulan… Maka mengorbankan dirimu demi untuk mendapatkan mereka tentu lebih wajar dan lebih utama daripada mengorbankan mereka demi karena dirimu.. !”
Diakhirinya ucapan itu sebagaimana dimulainya tadi,.. dalam keadaan tenang dan tentram,.. tersenyum dan pasrah….
Isterinya diam, dia maklum bahwa tak ada yang lebih utama baginya daripada mengikuti jalan yang telah ditempuh suaminya, dan mengendalikan diri untuk mencontoh sifat zuhud dan ketaqwaannya…. !
Dunia baginya tidaklah menjadikannya lupa diri, walau hanya sekedar memenuhi kehidupan yang umumnya dimiliki manusia. Sa’id lebih mementingkan kehidupan akhirat daripada menikmatinya di dunia ini. Ketaqwaan dan sifat zuhud Sa’id bin Amir yang telah mendarah daging pada jiwanya.
Dikali yang lain, tatkala Umar bin Khattab berkunjung ke negeri Himsh, ditanyakanlah kepada penduduk yang sedang berkumpul lengkap, “bagaimana pendapat kalian tentang Sa’id ?”. Lalu sebagian hadirin tampil kedepan mengadukannya.
Pengaduan ini mengandung berkah, karena dengan demikian tersingkaplah dimata kaum muslimin akan kebesaran pribadi shahabat yang mulia ini, kebesara jiwa seorang pemimpin kaum muslimin yang amat menakjubkan sebagai buah dari ketaqwaannya.
“Ada empat hal yang hendak kami kemukakan”, demikian pembicara ini memulai pengaduannya tentang sifat dan kebiasaan pemimpin mereka, Sa’id bin Amir. Pembicara menyampaikannya sesuai permintaan Umar untuk menyebutkan sisi-sisi kelemahan Sa’id.
“Pertama, ia baru keluar mendapatkan kami setelah tinggi hari…, kedua, Ia tak hendak melayani seseorang diwaktu malam…., ketiga,setiap bulan ada dua hari dimana ia tidak hendak keluar mendapatkan kami hingga kami tak dapat menemuinya,… dan ada satu lagi yang sebetulnya bukan merupakan kesalahannya tapi mengganggu kami, yaitu bahwa sewaktu-waktu ia jatuh pingsan”. Juru bicara dari sebagian penduduk Syria itu menyampaikan kekurangan-kekurangan yang ada pada diri Sa’id bin Amir.
Suasanapun hening, Umar tunduk sebentar dan berbisik memohon kepada ALLAH, katanya,”Yaa ALLAH, hamba tahu bahwa ia adalah hamba-Mu terbaik, maka hamba harap firasat hamba terhadap dirinya tidak meleset”.
Lalu Sa’id dipersilahkan untuk membela dirinya, ia pun berkata,
“Mengenai tuduhan mereka bahwa saya tak hendak keluar sebelum tinggi hari, maka demi ALLAH, sebetulnya saya tak hendak menyebutkannya,… Keluarga kami tak punya khadam atau pelayan, maka sayalah yang mengaduk tepung dan membiarkannya sampai mengeram, lalu saya membuat roti dan kemudian berwudlu untuk shalat dhuha, setelah itu barulah saya keluar mendapatkan mereka….!”
Wajah Umar berseri-seri… dan ia berucap, “Alhamdulillah….. !, dan mengenai yang kedua ?” tanyanya pula.
Maka Sa’idpun melanjutkan pembicaraanya, “Adapun tuduhan mereka bahwa saya tak mau melayani mereka di waktu malam,… maka demi ALLAH, saya benci menyebutkan sebabnya !... Saya telah menyediakan siang hari bagi mereka, dan malam hari bagi ALLAH Ta’ala…. !,… sedang ucapan mereka bahwa dua hari setiap bulan dimana saya tidak menemui mereka, maka sebabnya sebagaimana saya katakan tadi, saya tak punya khadam yang akan mencuci pakaian, sedang pakaianku tidaklah banyak untuk dipergantikan, jadi terpaksalah saya mencucinya dan menunggu sampai kering, hingga baru keluar diwaktu petang… Kemudian tentang keluhan mereka bahwa saya sewaktu-waktu jatuh pingsan, sebabnya karena dahulu ketika di Mekkah saya pernah menyaksikan jatuh tersungkurnya Khubaib al-Anshari. Dagingnya dipotong-potong oleh orang Quraisy dan mereka bawa ia dengan tandu sambil menanyakan kepadanya,”Maukah tempatmu ini diisi oleh Muhammad sebagai gantimu sedang kamu berada dalam keadaan sehat wal-‘afiat…?”,… Jawab Khubaib,”Demi ALLAH, saya tak ingin berada dalam lingkungan anak-isteriku diliputi keselamatan dan kesenangan dunia, sementara Rasulullah ditimpa bencana walau oleh hanya tusukan duri sekalipun !”….. Maka setiap kali teringat akan peristiwa yang saya saksikan itu, dan ketika itu saya masih dalam keadaan musyrik, lalu teringat lagi bahwa saya berpangku tangan dan tak hendak mengulurkan pertolongan kepada Khubaib, tubuh saya pun gemetar karena takut akan siksa ALLAH, hingga ditimpa penyakit yang mereka katakan itu….”
Sampai disitu berakhirlah kata-kata Sa’id, ia membiarkan bibirnya basah oleh air matanya yang suci, …. Mengalir dari jiwanya yang shalih.
Mendengar itu Umarpun tak dapat menahan diri dari rasa harunya, maka ia pun berseru karena amat gembiranya, “Alhamdulillah,… karena Taufiq-Nya firasatku tidaklah meleset darinya… !”. Lalu dipeluk dan dirangkulnya Sa’id,.. serta diciumlah keningnya yang mulia. Umar benar-benar bahagia mendapatkan para pembantu tugasnya dalam kekhalifahan dari orang-orang seperti Sa’id yang memiliki ketaqwaan yang luar biasa dan jiwanya yang bersinar cahaya.
Itulah diantara sosok mulia dari generasi terbaik ummat ini, manusia yang memiliki kebesaran jiwa dan hati yang teguh dalam prinsipnya diatas Dien ALLAH. Kesederhanaan dan sifat zuhud menghiasi hidupnya, dedikasi yang tinggi dalam mempersembahkan yang terbaik untuk islam dan kaum muslimin merupakan pola yang sudah terbentuk dalam kehidupannya walau dunia menyelimutinya.
Uang tunjangan dan gaji yang diperolehnya amatlah banyak sesuai dengan kerja dan jabatannya, tetapi yang diambil hanyalah sekedar keperluan diri dan isterinya saja, sedang selebihnya dibagi-bagikan kepada rumah-rumah dan keluarga-keluarga lain yang membutuhkannya.
Sa’id bin Amir radhiyallahu anhu adalah salahsatu pribadi yang agung dalam zuhud dan sikap wara’, sekaligus sebagai orang yang melaksanakan amanat tanggunjawab keummatan dengan cemerlang. Rasa takutnya kepada ALLAH menjadikannya memiliki jiwa yang besar dan hati yang selalu bersinar dengan cahaya Ilaahi, yang sanggup menerangi setiap jiwa yang lalai dengan izin ALLAH akan seberapa hina dunia ini,… dan betapa agung dan mahalnya nilai akhirat disisi ALLAH.
Semoga kita dijadikan sepertinya,…. Dan semoga dimunculkan dari ummat ini orang-orang sepertinya yang akan mengembalikan kembali kemuliaan islam dan kaum muslimin dimuka bumi…. Karena lewat perantaraan orang-orang seperti Sa’id lah bendera Tauhid akan kembali berkibar,.. Islam akan kembali Berjaya, dan keadilan islam akan dirasakan oleh ummat manusia secara keseluruhan.
Wallahu a’lam.
*** Disarikan dari buku KARAKTERISTIK PERIHIDUP 60 SHAHABAT RASULULLAH – karya :Khalid Muhammad Khalid – penerbit CV.Dipenogoro- Bandung.
Label:
Sirah
KABAR BAIK BERITA BAIK
BalasHapusHalo semuanya, saya SUWANDI dari Indonesia. Saya menyarankan Anda semua di sini untuk tidak mengajukan pinjaman di mana-mana untuk perusahaan atau pemberi pinjaman di halaman web ini, sebagian besar perusahaan di sini adalah palsu, curang dan penipuan, dan juga beberapa kesaksian di sini salah mereka adalah orang yang sama. Karena itu, berhati-hatilah untuk tidak menjadi mitra mangsa Indonesia. Saya ditipu empat kali sekitar Rp 200.000.000 untuk biaya pendaftaran, biaya transfer, bea masuk dan biaya asuransi, setelah pembayaran ini saya tidak mendapatkan pinjaman, tetapi mereka meminta saya untuk membayar lagi dan lagi. Ini akan menarik Anda untuk Mengetahui ada undang-undang tentang pembiayaan hukum atau aturan boardings ini dalam memperoleh pinjaman dari setiap hukum pemberi pinjaman atau perusahaan. Saya bersyukur bahwa saya menerima pinjaman cepat sebesar $ 250.000 dari sebuah perusahaan yang teman saya Achmad Halima telah perkenalkan. Perusahaan pinjaman yang benar dan dapat dipercaya (ALEXANDER ROBERT). Mereka sekarang adalah perusahaan terbesar di AS, Eropa, dan di seluruh Asia. Misi dan komitmen Anda kepada Alexander's Loan Company didedikasikan untuk memudahkan impian Anda dan membantu kita semua yang telah ditipu dan ditipu dalam proses mendapatkan pinjaman segera, memberi Anda keramahan kelas dunia. Perusahaan Pinjaman Alexander atau pemberi pinjaman tahu apa yang harus ada di sepatu Anda dan mereka berusaha keras untuk tidak melupakan perasaan itu. Mereka akan mendapatkan kepercayaan Anda dengan menyampaikan kepada Anda informasi yang perlu Anda ketahui, jika Anda perlu tahu dan hak untuk menawarkan pinjaman (pedagang atau pinjaman pribadi) dan layanan keuangan.
Saya sangat berbakti untuk membantu negara saya mendapatkan pinjaman terhadap penipuan dan segera, email saya adalah (suwandirobby01@gmail.com) atau (achmadhalima@gmail.com)
Hubungi saya atau (alexanderrobertloan@gmail.com) untuk informasi lebih lanjut, saya bersedia membantu. Tuhan memberkati kalian semua.